Puisi 'Gugur' Karya Ws Rendra Tentang Perjuangan Membela Tanah Air Sampai Titik Darah Penghabisan

15 Mei 2022, 06:30 WIB
Puisi Rendra /Tangkapan Layar Kanal YouTube/Burung merak Indonesia/
BERITA BANTUL - Puisi merupakan salah satu karya yang fenomenal dalam tanah air ini sehingga banyak yang mempelajarinya.

W.S. Rendra adalah salah satu sastrawan  terbaik Indonesia. Ia telah menciptakan banyak karya dari berbagai genre sastra salah satunya puisi.

Beliau menggunakan sastra sebagai senjata dan bentuk perjuangan. Sebagian besar karyanya adalah kritikan bagi pemerintah dan menceritakan orang-orang yang tertindas.

Baca Juga: 10 Kata-Kata Mutiara WS Rendra tentang Perjuangan Hidup

Berikut puisi yang berjudul Gugur karya Ws Rendra yang dirangkum oleh BeritaBantul.com.

 

Gugur

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

Tiada kuasa lagi menegak

Telah ia lepaskan dengan gemilang

pelor terakhir dari bedilnya

Ke dada musuh yang merebut kotanya.

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

Ia sudah tua

luka-luka di badannya.

Bagai harimau tua

susah payah maut menjeratnya

Matanya bagai saga

menatap musuh pergi dari kotanya.

Sesudah pertempuran yang gemilang itu

lima pemuda mengangkatnya

Baca Juga: Kenapa Wanita Weton Rabu Pahing, Kamis Wage dan Sabtu Legi Paling Diincar Oleh Genderuwo?

di antaranya anaknya

Ia menolak

dan tetap merangkak

menuju kota kesayangannya

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya.

Belum lagi selusin tindak

maut pun menghadangnya.

Ketika anaknya memegang tangannya

ia berkata :

“Yang berasal dari tanah

kembali rebah pada tanah.

Dan aku pun berasal dari tanah

tanah Ambarawa yang kucinta

Kita bukanlah anak jadah

Kerna kita punya bumi kecintaan.

Baca Juga: Tidak Hanya Terlalu Jujur, Memiliki Rencana Besar dan Berkelakuan Baik, Inilah Cara Sukses Weton Tibo Sri

Bumi yang menyusui kita

dengan mata airnya.

Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.

Bumi kita adalah kehormatan.

Bumi kita adalah jiwa dari jiwa.

Ia adalah bumi nenek moyang.

Ia adalah bumi waris yang sekarang.

Ia adalah bumi waris yang akan datang.

Hari pun berangkat malam

Bumi berpeluh dan terbakar

Kerna api menyala di kota Ambarawa.

Orang tua itu kembali berkata:

“Lihatlah, hari telah fajar!

Wahai bumi yang indah,

kita akan berpelukan buat selama-lamanya!

Nanti sekali waktu

Baca Juga: Contoh Teks Ikrar Halal Bihalal Bahasa Jawa di Sekolah dan Berbagai Acara

seorang cucuku

akan menancapkan bajak

di bumi tempatku berkubur

kemudian akan ditanamnya benih

dan tumbuh dengan subur

Maka ia pun berkata:

“Alangkah gembur tanah di sini!

Hari pun lengkap malam

ketika ia menutup matanya

Baca dan resapi bagaiamana seorang pojuamh yang gugur untuk memperjuangkan tanah airnya.***

Editor: Ahmad Amnan

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler