W.S. Rendra adalah salah satu sastrawan terbaik Indonesia. Ia telah menciptakan banyak karya dari berbagai genre sastra salah satunya puisi.
Beliau menggunakan sastra sebagai senjata dan bentuk perjuangan. Sebagian besar karyanya adalah kritikan bagi pemerintah dan menceritakan orang-orang yang tertindas.
Baca Juga: 10 Kata-Kata Mutiara WS Rendra tentang Perjuangan Hidup
Berikut puisi yang berjudul Gugur karya Ws Rendra yang dirangkum oleh BeritaBantul.com.
Gugur
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya.
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya.
Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya.
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
Baca Juga: Kenapa Wanita Weton Rabu Pahing, Kamis Wage dan Sabtu Legi Paling Diincar Oleh Genderuwo?
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya.
Belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya.
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata :
“Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah jiwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang.
Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa.
Orang tua itu kembali berkata:
“Lihatlah, hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!
Nanti sekali waktu
Baca Juga: Contoh Teks Ikrar Halal Bihalal Bahasa Jawa di Sekolah dan Berbagai Acara
seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata:
“Alangkah gembur tanah di sini!
Hari pun lengkap malam
ketika ia menutup matanya
Baca dan resapi bagaiamana seorang pojuamh yang gugur untuk memperjuangkan tanah airnya.***