Alasan Mengapa Orang Jawa Mengaggap Malam Satu Suro Itu Angker dan Mistis, Ini Jawabannya

21 Juli 2022, 22:30 WIB
Malam 1 Suro 2022 Berapa Hari Lagi? Fakta Malam Satu Suro dan Mitos Film Suzanna Bikin Merinding /Unsplash/Camila Quintero Franco

BERITA BANTUL – Mengapa malam satu suro terkenal dengan alam ghoib dan kemistikannya sangat kental.

Masyarakat jawa punya nama sendiri dengan bulam Muharrom yang terkenala dengan bulan Sura yang menjadi awal tahun untuk ummat Islam.

Banyak mitos dalam bulan Sura tidak boleh membuat pesta pernikahan ataupun membangun rumah bisa disebut dengan pamali.

Baca Juga: JANGAN DISEPELEKAN, INILAH Arti dan Makna Suara Cicak Menurut Primbon Jawa

Dirangkum BeritaBantul.com, Mengapa malam satu Suro itu keramat, ternyata ada hubungannya dengan Keraton.

Dalam karya Muhammad Solikin dalam bukunya yang berjudul Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa (2010) menyebutkan, alasan utama bulan Suro begitu disakralkan adalah karena adanya budaya keraton.

Ia menulis bahwa keraton kerang mengadakan upacara dan ritual dalam rangka untuk memperingati hari-hari penting tertentu, dan terus diwariskan, lalu dilanjutkan dari generasi ke generasi.

Berbeda dengan sekarang, malam 1 Suro oleh pihak Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakara sebenarnya dianggap sebagai malam yang suci dan bulan penuh rahmat.

Bulan Suro menjadi waktu yang tepat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan membersihkan diri melawan hawa nafsu melalui tirakat, lelaku, atau perenungan diri. Salah satunya yaitu selamatan selama seminggu penuh tanpa berhenti.

Prapto Yuwono, dosen sastra Jawa di Universitas Indonesia menjelaskan kenapa akhirnya malam 1 Suro dianggap menakutkan.

Menurutnya ini adalah imbas dari politik kebudayaan dari Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam. Kalender Jawa-Islam diciptakan oleh Sultan Agung dengan pembaruan kalender Saka dari Hindu dan kalender Hijriah dari Islam.

Baca Juga: Arti Kejatuhan Cicak LENGKAP, Bisa Bermakna Baik Bahkan Mendatangkan Kekayaan Melimpah Ruah Menurut Primbon

Pada 1628-1629, pasukan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung gagal menyerang VOC di Batavia.

Setelah dilakukan evaluasi diketahui bahwa salah satu penyebabnya adalah pasukan Mataram yang tebagi atas pelbagai keyakinan siring dengan masifnya Islam di Jawa. Hal ini membuat pasukan Mataram tidak solid yang berujung pada kekalahan melawan VOC.

Sebagai upaya untuk menyatukan kembali masyarakat dan pasukan di bawah bendera Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung akhirnya membuat sistem penanggalan baru yang dikenal sebagai penanggalan Jawa.

Ia menciptakan tahun baru yang menggabungkan antara tahun Saka Hindu dan tahun Hijriyah Islam dengan harapan semua kepedihan terhadap kekalahannya dua kali berturut-turut melawan VOC di Batavia itu hilang.

Sultan Agung mencanangkan pada malam permulaan tahun baru itu untuk prihatin, tidak berbuat sesuka hati dan tidak ada pesta.
Baca Juga: Puisi Sapardi Djoko Damono 'Hujan Dalam Komposisi 1, 2, 3' Lengkap, Baca dan Resapi Maknanya

Masyarakat harus menyepi dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Sebagai penghormatan pada leluhur, di malam itu juga semua benda pusaka harus dicuci, dibersihkan, seiring dengan kehidupan spiritual yang disucikan kembali.

Dari sinilah orang Jawa meyakini bahwa malam 1 Suro adalah malam yang sakral. Dan dari sini pula, malam 1 Suro menjadi waktu dimana pertemuan antara dunia manusia dan dunia ghaib, karena pusaka-pusaka dicuci dan didoakan kembali.

Selanjutnya, pertemuan dua dunia ini akhirnya ditakuti orang-orang, Orang Jawa percaya, ketakutan itu adalah sanksi ghaib jika tidak berbuat kebaikan selama satu tahun kebelakang.

 Tradisi dan kepercayaan akan kesakralan malam 1 Suro terus diproduksi melalui mitos- mitos secara turun temurun.

Tuturan dari mulut ke mulut oleh para orang tua, bahkan tak jarang kisah-kisah menyeramkan di layar lebar serta di layar kaca pun turut menyuburkannya. Nah sekarang sudah tahu alasan dibalik malam 1 Suro, tak perlu takut lagi.***

Editor: Ahmad Amnan

Tags

Terkini

Terpopuler