BERITA BANTUL – Ws Rendra seorang satrawan luar biasa yng dimiliki Indonesia, karya-karyanya begitu menggunggah selera.
Begitu kritis dan menyoroti setiap masalah yang ada dimasyarakat dengan puisi-puisinya yang sekarang sduah melegenda.
Beliau adalah penyair ternama yang kerap dijuluki dengan sebutan "Burung Merak". Rendra juga orang yang telah mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967.
Dirangkum BeritaBantul.com dari kanal YouTube Komunitas Buruk Merak Rendra, yang membacak bait-bait indah yang berjudul :
Sajak Pertemuan Mahasiswa
(W.S. Rendra) Jakarta, 1 desember 1977
matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit
melihat kali coklat menjalar ke lautan
dan mendengar dengung di dalam hutan
lalu kini ia dua penggalah tingginya
dan ia menjadi saksi kita berkumpul disini
memeriksa keadaan
kita bertanya :
kenapa maksud baik tidak selalu berguna
kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga
orang berkata : kami ada maksud baik
dan kita bertanya : maksud baik untuk siapa ?
ya !
Baca Juga: Puisi Gus Mus: Surabaya, Kisah Heorik Perjuangan di Kota Pahlawan
ada yang jaya, ada yang terhina
ada yang bersenjata, ada yang terluka
ada yang duduk, ada yang diduduki
ada yang berlimpah, ada yang terkuras
dan kita disini bertanya :
maksud baik saudara untuk siapa ?
saudara berdiri di pihak yang mana ?
kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah tanah di gunung telah dimiliki orang orang kota
perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya
tentu, kita bertanya :
lantas maksud baik saudara untuk siapa ?
sekarang matahari semakin tinggi
lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
ilmu ilmu diajarkan disini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan ?
sebentar lagi matahari akan tenggelam
malam akan tiba
cicak cicak berbunyi di tembok
dan rembulan berlayar
tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
akan hidup di dalam mimpi
akan tumbuh di kebon belakang
dan esok hari
matahari akan terbit kembali
sementara hari baru menjelma
pertanyaan pertanyaan kita menjadi hutan
atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra
di bawah matahari ini kita bertanya :
ada yang menangis, ada yang mendera
ada yang habis, ada yang mengikis
dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !
Baca Juga: Puisi 'Sajak Sebatang Lisong, Karya Ws Rendra, Inilah Sajak yang Menjadi Pamplet Pada Masa Darurat
Demikan puisi diatas memiliki makna yang sungguh mendalam dan merenungi setiap bait-bait puisi yang indah dan penuh kritikan.
Baca dan resapi apalagi yang mahasiswa agar semakin kritis dan berwawasan luas dalam mencari ilmu.***