Surat Al Baqarah Ayat 11-15, Latin, Arab dan Terjemah Serta Tafsir Ringkasnya

- 28 Maret 2022, 19:39 WIB
Surat Al Baqarah Ayat 11-15
Surat Al Baqarah Ayat 11-15 /Tim Berita Bantul/

BERITA BANTUL- Surat Al Baqarah ayat 11-15. Al Baqarah surat ke 2 dalam Al Qur’an. Surat Al Baqarah terdiri dari 286 ayat.

Surah Al Baqarah diturunkan di Madinah sehingga termasuk bagian dari surah-surah Madaniyah.

Sebagaimana dikutip Beritabantul.com dari quran.kemenag.go.id, isi Qur’an Surah Al Baqarah Ayat 11-15 adalah sebagai berikut:

  1. وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ

Wa iżā qīla lahum lā tufsidụ fil arḍi qālū innamā naḥnu muṣliḥụn

Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.”

  1. اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ

Alā innahum humul-mufsidụna wa lākil lā yasy'urụn

Artinya: Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.

  1. وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اٰمِنُوْا كَمَآ اٰمَنَ النَّاسُ قَالُوْٓا اَنُؤْمِنُ كَمَآ اٰمَنَ السُّفَهَاۤءُ ۗ اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاۤءُ وَلٰكِنْ لَّا يَعْلَمُوْنَ

Wa iżā qīla lahum āminụ kamā āmanan-nāsu qālū a nu`minu kamā āmanas-sufahā`, alā innahum humus-sufahā`u wa lākil lā ya'lamụn

Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman!”

Mereka menjawab, “Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal, tetapi mereka tidak tahu.

  1. وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ

Wa iżā laqullażīna āmanụ qālū āmannā, wa iżā khalau ilā syayāṭīnihim qālū innā ma'akum innamā naḥnu mustahzi`ụn

Artinya: Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.”

Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.”

  1. اَللّٰهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ

Allāhu yastahzi`u bihim wa yamudduhum fī ṭugyānihim ya'mahụn

Artinya: Allah akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.

 Baca Juga: Surat Al Baqarah Ayat 16-20, Latin, Arab dan Terjemah Serta Tafsir Ringkasnya

Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 11-15:

Tafsir Ayat 11: Dan apabila dikatakan dan dinasihatkan kepada mereka, Janganlah berbuat kerusakan di bumi, dengan melanggar nilai-nilai yang ditetapkan agama, menghalangi orang dari jalan Allah, menyebar fitnah, dan memicu konflik, mereka justru mengklaim bahwa diri mereka bersih dari perusakan dan tidak bermaksud melakukan kerusakan. 

Mereka menjawab, Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.

Itu semua akibat rasa bangga diri mereka yang berlebihan. Begitulah perilaku setiap perusak yang tertipu oleh dirinya: selalu merasa kerusakan yang dilakukannya sebagai kebaikan. .

Tafsir Ayat 12: Pada ayat ini Allah membantah pernyataan orang munafik bahwa mereka mengadakan perbaikan, tetapi mereka betul-betul membuat kerusakan di bumi.

Sebenarnya mereka adalah kaum perusak, tetapi mereka tidak menyadari kerusakan yang telah mereka lakukan karena setan membuat mereka memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.

Tafsir Ayat 13: Ayat ini melanjutkan keterangan sifat dan sikap orang munafik pada ayat yang dahulu.

Kaum munafik itu bila diajak beriman, melaksanakan amar makruf, dan nahi mungkar, mereka menolak dengan alasan bahwa orang-orang yang beriman itu orang-orang yang lemah akalnya, padahal kenyataannya tidak demikian.

Orang-orang munafik memandang orang-orang yang beriman itu bodoh dan lemah akal, seperti terhadap orang Muhajirin yang meninggalkan keluarga dan kampung halaman, bahkan mereka bermusuhan terhadap keluarga-keluarga mereka sendiri dan hamba sahaya seperti Suhaib, Bilal, dan Khabbab.

Orang-orang Ansar dipandang mereka juga bodoh karena mereka membagikan harta dan kekayaan mereka kepada orang muhajirin.

Allah menandaskan bahwa merekalah sebenarnya orang-orang yang lemah akalnya, karena mereka tidak menggunakan akal untuk menanggapi kebenaran dan mereka terpengaruh oleh kedudukan mereka dalam kaumnya.

Mereka tidak mengetahui iman dan hakikatnya, karenanya mereka tidak mengetahui pula apakah orang-orang mukmin itu bodoh-bodoh atau pintar-pintar.

Iman itu tidak akan sempurna diperoleh kecuali dengan ilmu yang yakin.

Demikian pula kebahagiaan dunia dan akhirat sebagai tujuan dari iman itu tidaklah dapat dimengerti kecuali oleh orang yang mengetahui hakikat iman.

Tafsir Ayat 14: Dan apabila mereka, orang-orang munafik, berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata,

"Kami telah beriman seperti yang kalian yakini tentang kebenaran Rasul dan dakwahnya". Mereka menyatakan beriman secara lisan untuk melindungi diri dan meraih keuntungan material. 

Tetapi apabila mereka kembali kepada teman-teman dan para pemimpin mereka yang menyerupai setan-setan dalam perilaku mereka yang selalu berbuat kerusakan dan kejahatan, mereka berkata, Sesungguhnya kami tidak berubah dan tetap bersama kamu di satu jalan dan satu perbuatan, kami hanya berolok-olok ketika kami mengatakan beriman di hadapan orang-orang mukmin".

Tafsir Ayat 15: Ayat ini menegaskan hukuman bagi orang munafik sebagai akibat perbuatan mereka yang tersebut pada ayat di atas.

Allah membalas olok-olokan mereka dengan menimpakan kehinaan atas mereka dan Allah membiarkan mereka bergelimang terus dalam kesesatan, dan mereka kelak akan diazab pada hari Kiamat.

Pada ayat lain Allah berfirman: Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti pertama kali mereka tidak beriman kepadanya (Al-Qur'an), dan Kami biarkan mereka bingung dalam kesesatan. (al-An'am/6: 110)

Orang-orang munafik itu tidak dapat keluar dari lingkaran kesesatan yang mengurung mereka.

Rasa sombong, sifat mementingkan diri sendiri dan penyakit lainnya yang bersarang di hati mereka, menyebabkan mereka tidak dapat melihat kenyataan yang ada di hadapan mereka, yakni bahwa Islam dan umatnya semakin kuat di kota Medinah.

Kegagalan mereka dalam menghambat kemajuan Islam menambah parah penyakit dalam hati mereka sehingga mereka tidak mampu lagi menemukan dan menerima kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad saw.

Oleh sebab itu mereka terus menerus dalam kebingungan, keragu-raguan serta keras kepala dan tidak menemukan jalan keluar dari lingkaran kesesatan itu. Firman Allah swt: "..... Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada." (al-hajj/22: 46)***

Editor: Amrullah

Sumber: quran.kemenag.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x