Teks Khutbah Jumat Singkat, Tema Islam dan Makna Kemerdekaan Hakiki

- 6 Agustus 2023, 11:12 WIB
Teks Khutbah Jumat Singkat, Tema Islam dan Makna Kemerdekaan Hakiki
Teks Khutbah Jumat Singkat, Tema Islam dan Makna Kemerdekaan Hakiki /

KHUTBAH JUMAT - Teks Khutbah Jumat Singkat, Tema Islam dan Makna Kemerdekaan Hakiki.

Tema tentang kemerdekaan hakiki sangat penting disampaikan kepada jamaah, karena menjadi renungan di tengah momentum kemerdekaan. 

Untuk itu, mari simak Teks Khutbah Jumat Singkat, Tema Islam dan Makna Kemerdekaan Hakiki.

Baca Juga: Khasiat Baca Subhanallah Wabihamdihi Subhanallahil Adzim Astaghfirullah Sebanyak 100 Kali Menurut Habib Novel

Khutbah Jumat Pertama.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا 

أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat yang Alllah karuniakan kepaada kita semua, terutama nikmat hidayah iman dan Islam.

Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi kita yang mulia Muhammad ﷺ , dan keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja dari kaum mukminin yang mengikuti sunnah beliau secara lahir dan batin dengan penuh keikhlasan dan kesabaran hingga hari kiamat.

Hari ini kita masih berada di bulan kemerdekaan Bangsa ini. Masih dalam suasana gembira atas nikmat agung dari Allah Ta’ala berupa kemerdekaan Bangsa ini dari penjajahan Bangsa Jepang dan Eropa dalam kurun waktu yang sangat lama.

Tema khutbah kali ini hendak mengulas tentang perjuangan para nabi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk meraih kemerdekaan. Bukan merdeka dari cengkeraman dan penindasan bangsa lain. Namun memerdekakan diri dan kaumnya yang beriman dari bangsanya sendiri yang melakukan penindasan kepada sesama anak bangsa.

Para Nabi tersebut hendak membebaskan kaumnya dari penindasan para penguasa dan tokoh-tokoh bangsanya sendiri yang memiliki keyakinan yang sangat rusak namun dipaksakan kepada setiap orang di bawah kekuasaannya untuk dianut oleh setiap warganya.

Hal ini sebagaimana oleh Raja Namrudz di masa Nabi Ibrahim, Abu Jahal di masa Nabi Muhammad SAW. Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad tidak sedang berjuang memerdekakan diri dan kaumnya dari penindasan negara lain namun dari penindasan para pemuka atau pimpinan dari bangsanya sendiri. 

Demikian pula dengan Nabi-Nabi yang lain. Rata-rata menghadapi bangsanya sendiri. Lain halnya dengan Nabi Musa ‘alaihis salam.

Beliau berjuang memerdekakan Bangsa Israel dari penindasan Firaun yang secara kebangsaan bukan dari Bani Israel namun dari Bangsa Qibti. Dalam Bahasa Inggris dikenal dengan Egypt, Mesir. Nabi Musa dari keturunan Israel.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Para Nabi ‘alaihimus salam, semuanya adalah para pejuang kemerdekaan. Hanya saja, kemerdekaan yang dibawa atau yang diperjuangkan oleh para Nabi tersebut bukanlah perjuangan atas nama nasionalisme sebagaimana yang dipahami saat ini.

Bukan perjuangan untuk membebaskan sebuah teritori atau suatu wilayah kedaulatan yang direbut atau diduduki oleh bangsa lain. Para Nabi ‘alaihimus salam bukan memperjuangkan nasionalisme semacam itu.

Kita bisa melihat kisah – kisah para Nabi dalam al-Quran. Nabi Nuh ‘alaihis salam bekerja keras selama 950 tahun mengajak kaumnya agar mereka tidak menjadi budak dari tuhan-tuhan palsu yang mereka buat sendiri berupa patung tokoh-tokoh terkemuka mereka, yaitu Waad, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.

Kelima tokoh itu dahulu adalah orang-orang paling shalih di antara bangsanya Nabi Nuh ‘alaihis salam.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, setelah orang-orang shalih tersebut meninggal, setan membisikkan kepada kaum dari orang-orang shalih tersebut agar mereka membuatkan patung orang – orang shalih tadi di majlis-majlis yang menjadi tempat berkumpulnya mereka, sekaligus diberi nama dengan nama-nama orang-orang shalih tersebut. 

Kemudian kaumnya pun mengerjakan bisikan setan tadi, hingga ketika orang-orang yang membuat patung itu wafat, dan ilmu sudah mulai terkikis, maka patung-patung itu pun akhirnya dijadikan sesembahan oleh generasi penerus mereka. 

Ini sejarah mengapa kaum Nabi Nuh ‘alaihis salam terjerumus ke dalam kemusyrikan sesuai dengan penjelasan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari.

Kaum Nabi Nuh ternyata menentang dakwah Nabi ini dengan penentangan yang keras. Hal ini sebagaimana dikisahkan Allah Ta’ala dala firmannya: 

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا  

Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”. [Nuh: 23] 

Nabi Nuh selama 950 tahun hanya berhasil membebaskan sedikit orang saja dari penyembahan kepada patung tersebut. Padahal segala macam upaya telah beliau lakukan. 

Dari sini nampak bahwa kemerdekaan yang diperjuangkan oleh Nabi Nuh ‘alaihis salam adalah kemerdekaan dari keyakinan menyimpang yang membelenggu masyarakat berupa penyembahan kepada selain Allah.

Demikian pula, Nabi Ibrahim dan Nabi Musa ‘alaihis salam. Termasuk di dalamnya Nabi Sulaiman yang membebaskan kaum Ratu Saba’ dari penyembahan kepada matahari.

Sedangkan Nabi Luth berjuang untuk membebaskan kaumnya dari gaya hidup yang sangat menyimpang dari fithrah yaitu, homoseksualitas.

Perjuangan Nabi Luth ‘alaihis salam tidaklah ringan. Meluruskan fitrah masyarakat yang sudah sangat rusak dan menyimpang bukan perkara mudah. Nabi Luth mendapatkan tantangan yang keras dari kaumnya yang keras kepala. 

Akhirnya hanya sedikit saja dari kaum Nabi Luth yang berhasil diselamatkan dari lingkungan masyarakat yang sangat rusak tersebut.

Kemerdekaan yang dibawa oleh Nabi Luth ‘alaihis salam adalah misi membebaskan masyarakat dari belenggu hawa nafsu dan fitrah yang rusak dan menyimpang.

Adapun, Nabi Syu’aib ‘alaihis salam berjuang keras untuk membebaskan atau memerdekakan kaumnya dari penyembahan kepada berhala dan dari praktek perdagangan yang sangat merugikan masyarakat, yaitu suka memanipulasi timbangan.

Praktek dagang yang dibangun di atas dasar kebohongan dan kecurangan telah demikian mewabah dalam masyarakat di mana Nabi Syu’aib berada. Dan beliau berjuang keras untuk menyadarkan mereka akan keburukan dan kerusakan praktek tersebut.

Beliau hendak membebaskan masyarakat dari kemusyrikan dan dari praktek perdagangan yang sangat merugikan mereka.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dari gambaran singkat tentang misi perjuangan yang dibawa setiap Nabi dan Rasul tersebut, bisa kita ambil kesimpulan umum bahwa makna kemerdekaan yang diperjuangkan oleh para Nabi dan Rasul itu pada prinsipnya adalah:

1. Membebaskan umat manusia dari penghambaan kepada sesama manusia atau sesama makluk menuju penghambaan kepada penciptanya makhluk.

 

2. Hal kedua yang diperjuangkan oleh para Nabi dan Rasul adalah perbaikan akhlak dan perilaku masayrakat agar tidak menyimpang dan rusak, merosot ke derajat yang lebih rendah dari binatang karena menjadikan hawa nafsu dan syahwatnya sebagai tuhannya yang senantiasa diikuti dan dipatuhi keinginannya. 

Para Nabi dan Rasul itu hendak melakukan perbaikan akhlak atau moralitas masyarakat secara menyeluruh hingga terciptalah masyarakat yang bersih, harmoni serta kuat hubungan antar individu di dalamnya.

Allah Ta’ala berfirman.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ  

”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut.” [An-Nahl: 36]

Memerdekakan masyarakat dari keyakinan yang menyimpang dan akhlak yang rendah dan hina bukanlah perkara mudah. Tantangannya sangat berat, dan banyak. Dan biasanya justru datang dari tokoh-tokoh masyarakat itu sendiri yang sudah kadung sedemikian kotor jiwanya, rusak cara berfikirnya dan buta mata hatinya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ 

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Demikian Teks Khutbah Jumat Singkat, Tema Islam dan Makna Kemerdekaan Hakiki.***

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah