“Makanya kalau sedang kesal dengan ibu coba fikir-fikir dahulu sulitnya ibu waktu mendidik kita itu bahasa Qurannya,” ungkap Ustadz Adi Hidayat.
Kata Al Qur’an
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ ۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَ ۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ ﴿لقمان : ۱۴﴾. (QS. Luqman: 14)
Terjemahan Indonesia: Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
Ibu itu sudah mengandungmu selama sembilan bulan, jadi kalau marah fikir-fikir dulu kembali.
Yang mengandung memang perutnya namun yang sakit bisa kepalanya yang bengkak bisa kakinya kat Ustadz Adi Hidayat.
Baca Juga: 7 Bukti Tingginya Penghormatan Para Kiai NU Kepada Keturunan Rasulullah
Dan bahasa Qur’an sangat sederhana ingat-inagt dulu diulangi itu berulang-ulang agari jangan sampai marah dengan ibumu.
Itulah penjelasan Ustadz Adi Hidayat mengenai perjuangan seorang Ibu untuk membesarkan anak-anaknya hingga mampu mandiri.***