Tak cukup berkata dirinya telah beriman tanpa ada bukti hingga mengalami ujian. Ia tegar menjalani ujian dan keluar darinya dalam keadaan bersih dan jernih hatinya. Seperti api yang membakar emas untuk memilih biji murni dari karat besinya.
Untuk memulai berhijab, seorang muslimah harus menguatkan niat dalam hati. Niat itu ibarat penyangga dalam sebuah bangnan. Bisa dibayangkan jika sebuah rumah berdiri tanpa penyangga. Pasti akan roboh dengan sendirinya.
Karena tanpa niat, sulit menegakkan sebuah ibadah secara optimal. Ibadah yang dianggap besar jika tidak disertai niat yang lurus, tidak akan bernilai di sisi Allah.
Dalam hal ini, seorang muslimah harus mengawali berhijab dengan niat yang lurus. Niat yang keliru ibarat orang yang keluar dari supermarket tetapi mengisi penuh kantongnya dengan batu-batuan.
Orang yang melihat kantongnya merasa kagum, “Alangkah bnyak uang orang itu sehingga banyak sekali yang dibelinya.” Padahal, yang ada dalam kantong tersebut tidak berguna sama sekali. ia menenteng kantong itu hanya karena ingin dilihat oleh orang lain.***
Penulis: Mahasiswa Dika Ayu Pramesti, Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, STAI Sunan Pandanaran, Yogyakarta.