Makna Filosofis Dibalik Permainan Anak Tradisional Jamuran, Ternyata Diciptakan oleh Sunan Giri

1 Agustus 2022, 13:30 WIB
Makna Filosofis Dibalik Permainan Anak Tradisional Jamuran, Ternyata Diciptakan oleh Sunan Giri /Tangkapan Layar Youtube/ GNP MUsic

BERITA BANTUL - Makna filosofis dibalik permainan jamuran ternyata memiliki makna yang sangat baik bagi tumbuh kembang seorang anak.

Masa kecil dulu sangat bahagia banyak permainan-permainan tradisional yang mengasah otak, salah satunya adalah permainan tradisional jamuran.

Dikutip dari budaya.jogjaprov.go.id, permainan tradisional anak-anak jamuran adalah permainan anak yang anggota pemainnya tujuh atau sembilan orang.

Baca Juga: Press Release Pameran Seni Rupa Plered Bubrah 2022, 7 Hari Nonstop untuk Budaya Nusantara

Cara bermainnya, satu orang mejadi pancer (pusat), dan pemain yang lainnya bergandengan tangan membentuk lingkaran mengelilingi pancer tersebut.

Mereka berjalan berputar, mengelilingi pancer sambil bernyanyi. Lagunya adalah: jamuran, jamuran y age ge thok, jamur apa y age ge thok. Jamur payung, ngrembuyung kaya lembayung, sira badhe jamur apa?

Kemudian sang pancer menjawab jenis jamur sesuka hatinya. Misalnya; sang jamur menjawab jamur payung?, maka para pemain harus berdir tegak dengan tangan terbuka.

Kemudian sang pancer menggelitik ketiak mereka satu persatu apabila salah seorang dari mereka tidak tahan, dia berganti; menjadi pancer.

Misalnya lagi setelah bernyanyi jamuran, dan sang pancer menjawab; jamur kethek nenek; yang artinya jamur monyet sedang memanjat, maka para pemain; lainnya hrus segera lari mencari pohon untuk tempat memanjat.

Baca Juga: Arti Kejatuhan Cicak LENGKAP, Bisa Bermakna Baik Bahkan Mendatangkan Kekayaan Melimpah Ruah Menurut Primbon

Kemudian sang pancer menangkap salah seorang pemain yang tidak memanjat atau belum sempat memanjat, dan yang tertangkap tersebut berganti menjadi pancer.

Di dalam istilah Jawa, sang pancer disebut juga bocah sing dadi (anak yang jadi).

Sementara itu dikutip dari laman Museum Sonobudoyo berikut ini adalah sejarah dari permainan tradisional Jamuran.

"Jamuran ya ge ge thok, jamur apa ya ge ge thok, jamur, gajih mrecicil sak ara ara, semprat-semprit jamur apa?”

Lirik lagu tersebut merupakan iringan dalam permainan jamuran. Permainan ini pertaman kali diciptakan oleh Sunan Giri sekitar abad ke-17 untuk menyebarkan dakwah kepada masyarakat.

Filosofi dari permainan ini bahwa manusia layaknya jamur, di satu sisi dapat bermanfaat bagi yang lain, namun manusia juga dapat merugikan orang lain.

Baca Juga: INILAH ALASAN Khodam Tidak Nurut Kepada Tuannya, Ternyata Bisa Bentrok dan Menjadi Dhandang Tunggu Nyowo

Dalam permainan jamuran dimainkan oleh 7-9 orang. Adapun cara bermainnya 1 anak akan menjadi anak pancer atau tonggak yang berada di tengah, dan anak lainnya membuat lingkaran mengelilingi pancer.

Kemudian anak pancer akan memberikan instruksi kepada anak yang membentuk lingkaran agar membentuk jamur sesuka hatinya.

Kemudian anak pancer akan menggelitik satu persatu, yang tidak tahan akan menjadi sang pancer selanjutnya. Demikian. ***

Editor: Ahmad Lailatus Sibyan

Tags

Terkini

Terpopuler