Puisi D Zawawi Imron 'Dialog Bukit Kemboja' Baca dan Resapi Maknanya

- 25 Mei 2022, 16:30 WIB
Puisi D Zawawi Imron 'Dialog Bukit Kemboja' Baca dan Resapi Maknanya
Puisi D Zawawi Imron 'Dialog Bukit Kemboja' Baca dan Resapi Maknanya /tangkapan layar/Rudi Rustiadi/

BERITA BANTUL - D Zawawi Imron merupakan salah satu sastrawan kenamaan yang berasal dari Madura.

D Zawawi Imron dalam kancah dunia sastra mendapatkan julukan Si Celurit Emas. Karya D Zawawi Imron sangat beragam.

Salah satu karya puisi D Zawawi Imron adalah puisi dengan julul Dialog Bukit Kemboja. Berikut ini puisi Dialog Bukit Kemboja selengkapnya.

Baca Juga: Puisi 'Celurit Emas' Karya Penyair Legendaris Madura Zawawi Imron

Dialog Bukit Kemboja

Oleh: D Zawawi Imron

Inilah ziarah di tengah nisan-nisan tengadah
di bukit serba kemboja. Matahari dan langit lelah

Seorang nenek, pandangannya tua memuat jarum cemburu
menanyakan, mengapa aku berdoa di kubur itu

“Aku anak almarhum,” jawabku dengan suara gelas jatuh
pipi keriput itu menyimpan bekas sayatan waktu

“Lewat berpuluh kemarau
telah kubersihkan kubur di depanmu
karena kuanggap kubur anakku”

Baca Juga: Puisi D Zawawi Imron 'Madura Akulah Darahmu' Sebuah Karya untuk Tanah Kelahiran

Hening merangkak lambat bagai langkah siput
Tanpa sebuah sebab senyumnya lalu merekah
Seperti puisi mekar pada lembar bunga basah

“Anakku mati di medan laga, dahulu
saat Bung Tomo mengibas bendera dengan takbir
Berita itu kekal jadi sejarah: Surabaya pijar merah
Ketika itu sebuah lagu jadi agung dalam derap
Bahkan pada bercak darah yang hampir lenyap”

Jadi di lembah membias rasa syukur
Pada hijau ladang sayur, karena laut bebas debur

Baca Juga: Puisi D Zawawi Imron 'Hanya Seutas Pamor Badik' Baca dan Rasakan Dahsyatnya

“Aku telah lelah mencari kuburnya dari sana ke mana
Tak kutemu. Tak ada yang tahu
Sedangkan aku ingin ziarah, menyampaikan terimakasih
atas gugurnya: Mati yang direnungkan melati
Kubur ini memadailah, untuk mewakilinya”

“Tapi ayahku sepi pahlawan
Tutur orang terdekat, saat ia wafat
Jasadnya hanya satu tingkat di atas ngengat
Tapi ia tetap ayahku. Tapi ia bukan anakmu”

“Apa salahnya kalau sesekali
kubur ayahmu kujadikan alamat rindu
Dengan ziarah, oleh harum kemboja yang berat gemuruh
dendamku kepada musuh jadi luruh”

Halaman:

Editor: Ahmad Lailatus Sibyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah