Kemudian sang pancer menangkap salah seorang pemain yang tidak memanjat atau belum sempat memanjat, dan yang tertangkap tersebut berganti menjadi pancer.
Di dalam istilah Jawa, sang pancer disebut juga bocah sing dadi (anak yang jadi).
Sementara itu dikutip dari laman Museum Sonobudoyo berikut ini adalah sejarah dari permainan tradisional Jamuran.
"Jamuran ya ge ge thok, jamur apa ya ge ge thok, jamur, gajih mrecicil sak ara ara, semprat-semprit jamur apa?”
Lirik lagu tersebut merupakan iringan dalam permainan jamuran. Permainan ini pertaman kali diciptakan oleh Sunan Giri sekitar abad ke-17 untuk menyebarkan dakwah kepada masyarakat.
Filosofi dari permainan ini bahwa manusia layaknya jamur, di satu sisi dapat bermanfaat bagi yang lain, namun manusia juga dapat merugikan orang lain.
Dalam permainan jamuran dimainkan oleh 7-9 orang. Adapun cara bermainnya 1 anak akan menjadi anak pancer atau tonggak yang berada di tengah, dan anak lainnya membuat lingkaran mengelilingi pancer.
Kemudian anak pancer akan memberikan instruksi kepada anak yang membentuk lingkaran agar membentuk jamur sesuka hatinya.