Gus Baha Jelaskan tentang Sesajen dan Kalimat Tahlil, Modifikasi Tradisi Jawa Menjadi Islami

4 Desember 2022, 18:06 WIB
Gus Baha beberkan modifikasi sesajen dan kalimat tahlil /Tangkap layar Krapyak TV/Diolah Berita Bantul/

BERITA BANTUL – Gus Baha jelaskan tentang sesajen dan kalimat tahlil. Modifikasi tradisi Jawa menjadi Islami.

Islam itu memang agama untuk semua umat manusia dari segala penjuru dunia.

Untuk masyarakat Jawa, Islam begitu bisa diterima karena para kiai itu mampu memodifikasi tradisi Jawa menjadi Islami kata Gus Baha.

Hanya saja, tradisi Jawa yang dimodifikasi menjadi Islami tersebut banyak dikatakan sebagai kesyirikan, padahal tidak sama sekali.

Baca Juga: Bagi Hamba, Hanya Amal Ini yang Tersisa ketika di Akhirat Kelak Kata Gus Baha, Amal Apa Itu?

Gus Baha memberikan contoh sebagai bantahan tersebut dengan menyampaikan penjelasan berikut ini.

Dalam sebuah kesempatan untuk memperingati haul ke-34 KH. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, Gus Baha menyampaikan ceramahnya yang salah satunya perihal sesajen dan kalimat tahlil.

Gus Baha memulai dengan mengatakan bahwa dirinya adalah pengagum kitab-kitab karangan ulama atau kiai Indonesia.

“Saya itu pengagum kitab-kitab yang dikarang orang Indonesia karena saya anggap lebih aplikatif,” kata Gus Baha.

Baca Juga: Surah Al-Lahab Mengajarkan Toleransi Meskipun Isinya Adalah Cap Buruk Abu Lahab, Begini Penjelasan Gus Baha

“Itu karena dikarang oleh orang-orang yang trauma dengan Indonesia. Setelah trauma kemudian ingin membenahi Indonesia,” lanjut Gus Baha.

Untuk mendakwahkan Islam di Indonesia, menurut Gus Baha, itu memang hendaknya menggunakan tradisi yang sudah berlaku di masyarakat tersebut.

Gus Baha pun memberikan permisalan sesajen yang sudah menjadi tradisi di Indonesia sejak nenek moyang.

“Misalkan, kita tahu ada sesajen. Kalau diharamkan maka itu sudah menjadi tradisi, namun kalau dibiarkan saja maka mendekati syirik di pinggir pohon besar,” tutur Gus Baha.

Baca Juga: Dimarahi Istri Itu Latihan Mengendalikan Emosi Kata Gus Baha, Jangan Melawan

Gus Baha melanjutkan, “Akhirnya sesajen itu dimodifikasi; makan-makan dan kumpul-kumpul sambil membaca tahlilan.”

Sesajen yang pada awalnya itu mendekati syirik atau malah memang syirik, maka bisa dimodifikasi menjadi Islami untuk menjaga tradisi.

Dengan demikian, nilai syirik hilang namun tradisi masih tetap berjalan, ditambah lagi ada tahlilan yang menjadi ajaran Islam.

“Masak tahlilan itu dikatakan sebagai kalimat syirik?” kata Gus Baha.

Baca Juga: Gus Baha Bongkar Alasan Seseorang Gagal Menjadi Wali, Jangan Sepelekan Hal Ini!

Gus Baha menuturkan argumentasinya, “Saya beberapa kali menyampaikan bahwa kalimat tahlil ini, kalau orang kafir mengucapkannya saja menjadi mukmin.”

“Maka bagaimana bisa orang mukmin mengucapkan kalimat ini menjadi kafir,” tegas Gus Baha.

Menurut Gus Baha, orang yang kafir puluhan tahun saja akan menjadi mukmin kalau mengucapkan lafal la ilaha illallah muhammadur rasulullah dan dosa yang telah lalu menjadi terampuni.

Oleh karena itu, mana mungkin kalau ada orang yang tahlilan yang di dalamnya terdapat lafal tersebut bisa menjadi kafir.

Baca Juga: Kalau Ada Kiai Mencabuli dan Menghamili Santriwatinya, Bagaimana Ini? Begini Menurut Gus Baha

“Dengan modifikasi khas Indonesia, dengan kearifan Indonesia,” kata Gus Baha, “sesajen tetap ada namun dengan tahlilan. Tetap melakukan hal-hal Jawa tetapi dimodifikasi menjadi Islami.”

Tulisan ini disarikan dan diolah dari keterangan Gus Baha yang dilansir dari kanal YouTube Krapyak TV.***

Editor: Joko W

Sumber: YouTube Krapyak TV

Tags

Terkini

Terpopuler