BERITA BANTUL – Jangan putus asa karena kuda pun bisa terbang. Inilah sebuah kisah hikmah perihal sikap pantang menyerah.
Putus asa adalah sikap yang tak layak kita rawat. Kita tidak boleh putus asa meskipun harapan itu seperti sudah tidak ada.
Ada sebuah kisah yang menarik dan inspiratif perihal tidak berputus asa. Berikut ini kisahnya.
Ada seorang raja yang memutuskan hukuman mati untuk dua orang laki-laki karena pelanggaran pidana yang dilakukan keduanya.
Baca Juga: Kisah Dua Putra Al Makmun yang Berkelahi karena Berebut Sandal; Perihal Penghormatan dan Ketawadukan
Sang raja telah menentukan waktu pelaksanaan hukuman pada satu bulan setelah keluarnya putusan tersebut.
Salah satu terpidana sudah pasrah, tunduk, putus asa, dan sering menyendiri di pojok penjara sambil menangis meratapi hukuman mati.
Sementara itu, terpidana mati yang kedua gigih berpikir menemukan cara membebaskan dirinya dari hukuman matinya atau setidaknya bisa diberi kesempatan untuk hidup lebih lama.
Lama dia (terpidana yang kedua) merenung memikirkan raja dan kesukaannya, kebiasaan-kebiasaannya, dan apa yang dibenci olehnya.
Dia pun teringat bahwa bahwa sang raja sangat menyukai kuda. Bahkan sang raja sering menghabiskan waktunya bersama kuda kesayangannya tersebut.
Muncullah ide yang cermelang dari terpidana kedua ini.
Keesokan harinya, dia memanggil sipir penjara, meminta untuk diizinkan menemui raja karena ada hal penting yang perlu disampaikan.
Setelah sipir itu melaporkan kepada rajanya perhal terpidana yang kedua itu, akhirnya raja mengabulkan permintaannya untuk menemui dirinya, dan menanyakan hal penting apa yang ingin disampaikannya.
Dengan percaya diri, terpidana kedua ini mengatakan bahwa dia bisa mengajari kuda sang raja untuk terbang dalam waktu setahun, dengan syarat menangguhkan hukuman matinya selama setahun.
Mendengar hal itu, dengan senang hati, raja langsung mengabulkan syaratnya, karena dia membayangkan dia akan menunggang satu-satunya kuda terbang yang gagah dan indah yang disukainya selama ini.
Teman terpidana satunya mendengar kabar ini dan sangat penasaran dengan kemampuan temannya.
Terpidana yang satunya itu pun berkata, “Engkau tahu bahwa kuda selamanya tidak akan bisa terbang. Lantas, mengapa engkau berani mengeluarkan pikiran gila seperti itu?”
Terpidana kedua yang cerdik menjawab, “Aku tahu hal itu. Akan tetapi, setidaknya aku telah memberi diriku empat kesempatan untuk bebas dari hukuman.”
Empat kesempatan itu pun dikatakan oleh terpidana kedua tersebut, “Pertama, raja bisa saja mati dalam waktu setahun ini. Kedua, Aku bisa saja mati dalam setahun ini sementara kematian di atas ranjang lebih mulia dibanding mati di tiang pancung. Ketiga, kuda sang raja juga ada kemungkinan mati dalam setahun ini. Keempat, “mungkin saja nantinya aku mampu mengajari kuda sang raja untuk terbang.”
Artikel ini dilansir dari status M Afifudin Dimyathi pada akun Facebook pribadinya yang diunggah pada 4 Desember 2016.***