“Itu karena dikarang oleh orang-orang yang trauma dengan Indonesia. Setelah trauma kemudian ingin membenahi Indonesia,” lanjut Gus Baha.
Untuk mendakwahkan Islam di Indonesia, menurut Gus Baha, itu memang hendaknya menggunakan tradisi yang sudah berlaku di masyarakat tersebut.
Gus Baha pun memberikan permisalan sesajen yang sudah menjadi tradisi di Indonesia sejak nenek moyang.
“Misalkan, kita tahu ada sesajen. Kalau diharamkan maka itu sudah menjadi tradisi, namun kalau dibiarkan saja maka mendekati syirik di pinggir pohon besar,” tutur Gus Baha.
Baca Juga: Dimarahi Istri Itu Latihan Mengendalikan Emosi Kata Gus Baha, Jangan Melawan
Gus Baha melanjutkan, “Akhirnya sesajen itu dimodifikasi; makan-makan dan kumpul-kumpul sambil membaca tahlilan.”
Sesajen yang pada awalnya itu mendekati syirik atau malah memang syirik, maka bisa dimodifikasi menjadi Islami untuk menjaga tradisi.
Dengan demikian, nilai syirik hilang namun tradisi masih tetap berjalan, ditambah lagi ada tahlilan yang menjadi ajaran Islam.
“Masak tahlilan itu dikatakan sebagai kalimat syirik?” kata Gus Baha.