Menjadi Karyawan Hebat dengan Berpikir Positif terhadap Orang Lain dan Situasi

- 3 Januari 2023, 10:02 WIB
Ini Jam Kerja ASN Provinsi Jabar di Bulan Ramadhan 2022
Ini Jam Kerja ASN Provinsi Jabar di Bulan Ramadhan 2022 /bkpp.sumbabaratkab.go.id/

GAYA HIDUP - Coba sejenak renungkan dan tanyakan pada diri sendiri, manakah yang lebih sering datang antara berpikir positif dan negatif dalam diri?

Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian orang masih kesulitan menyadari dan mengendalikan arah pikiran.

Kita begitu mudahnya berpikir negatif dan begitu sulit selalu berpikir positif. Padahal, jika ditanya yang lebih baik antara  berpikir positif dan negatif, jawaban kita pastilah seragam, bukan?

Kenyataannya, di lingkup aktivitas kita sehari-hari, baik di kantor, sekolah, maupun tempat tinggal, begitu mudahnya kita menaruh kecurigaan dan kebencian terhadap orang lain.

Misalnya, menganggap rekan kerja sebagai saingan yang dapat mengancam karier, menganggapnya selalu ikut campur urusan kehidupan kita, dan semacamnya.

Akibatnya, kita tidak bisa bekerja sama dengan baik. Suasana lingkungan kerja terasa tidak menyenangkan dan tidak nyaman.

Jika situasi ini terus berlanjut dalam waktu agak lama, maka memungkinkan terjadi intrik untuk saling menjatuhkan.

Bila sudah demikian, maka performa kita menurun dan produktivitas kerja berkurang. “Perang batin” yang terus menerus ini juga bisa berpengaruh terhadap kesehatan kita. Pada akhirnya, kita sendirilah yang merugi.

Padahal, jika mau berpikir positif kepada orang lain, maka kita akan menganggapnya sebagai orang yang sangat mendukung karier.

Suasana semacam ini justru menguntungkan, menciptakan sinergi dan kerja sama dalam menjalankan pekerjaan kantor.

Pikiran kita tentang orang lain atau situasi memang bisa memengaruhi sikap kita kepada orang atau situasi tersebut.

Cara merespon seseorang, memosisikannya, melayaninya, semua itu sangat bergantung pada pikiran atau persepsi kita tentang orang yang bersangkutan.

Pikiran curiga terhadap seseorang menjadikan kita menaruh benci kepadanya, sehingga gerak-geriknya tampak begitu sensitif. Padahal, hal yang kita duga dan curigai belum tentu benar adanya.

Kebiasaan curiga akan berdampak juga pada psikologis. Misalnya, Anda berasumsi bahwa atasan pilih kasih dalam menilai kinerja Anda dan rekan-rekan kerja lainnya.

Akibatnya, Anda membenci atasan dan menularkan kebencian tersebut kepada rekan-rekan yang sepaham dengan Anda. Sebagai akibatnya, produktivitas kerja Anda menurun.

Pada dasarnya, pikiran kita bekerja sesuai arahan. Kita sendirilah sang pengarah itu. Pikiran apa pun, baik positif maupun negatif. Hal ini akan menjadi arah bagi akal. Akal akan bekerja dan mewujudkan hal yang kita pikirkan.

Jika kita berpikir negatif, akal akan fokus pada pikiran yang ada. Sehngga melemahkan variabel positif.

Contoh, pada saat Anda berpikir negatif terhadap pekerjaan, bawahan atau atasan, maka akal akan “menyingkirkan” sisi baik atasan atau bawahan dan pekerjaan Anda.

Dengan begitu, akal bisa fokus pada pikiran tersebut. Lalu, akal akan memperkuat hal yang Anda pikirkan dengan informasi sejenis yang sudah terekam dalam memori.

Sementara, jika Anda fokus pada hal positif, maka akal akan melepaskan diri dari rasa takut itu dengan menghindarinya atau menghadapinya dengan keberanian dan optimisme. Lalu, hal yang terjadi ternyata Anda tampil memukau ketika berbicara di depan orang-orang.***

Penulis: Dika Ayu Pramesti, Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, STAI Sunan Pandanaran, Yogyakarta. 

Editor: Ahmad Syaefudin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x