Gus Baha Jelaskan Cara Pandang Ulama-Ulama Zaman Dulu tentang Puasa Ramadan

27 Maret 2023, 05:20 WIB
Gus Baha Jelaskan Cara Pandang Ulama-Ulama Zaman Dulu tentang Puasa Ramadan /Berita Bantul/

BERITA BANTUL – GUs Baha jelaskan cara pandang ulama-ulama zaman dulu tentang puasa Ramadan.

Menurut Gus Baha, kita itu bisa menjadi saleh dan baik karena meniru orang-orang zaman dulu.

Termasuk pula, sebagaimana Gus Baha sampaikan, kita bisa mengetahui perihal puasa pun karena nasihat-nasihat ulama zaman dulu.

Dalam sebuah kesempatan, Gus Baha pernah menyampaikan cara pandang ulama-ulama zaman dulu tentang puasa Ramadan.

Baca Juga: Gus Baha Beberkan Ijazah Doa Imam Syafi’i tetapi Haram Ditiru, Seperti Apa Doa Tersebut?

Gus Baha mengatakan, “Di antara ijazah Mbah Maimun Zubair, guru kami, juga ijazah bapak saya, kalau memberi nasihat, ihdinash shirathal mustaqim, shirathallladzina an’amta ‘alaihim.”

Menurut Gus Baha, kita tidak bisa saleh tanpa meniru orang-orang dulu. Kita tidak bisa baik tanpa meniru orang-orang dulu.

Karena di dalam ayat tersebut, sebagaimana yang Gus Baha sebutkan, yakni surah Al-Fatihah ayat 5 dan potongan awal ayat 6, Allah memfirmankan agar orang itu berdoa tunjukkan kami jalan yang benar, yang lurus, itu bukan jalan Allah melainkan jalan orang-orang yang telah Allah beri nikmat.

“Jadi,” lanjut Gus Baha, “Allah menghendaki ada master-masternya. Seperti saya mempunyai master yaitu Mbah Maimun Zubair.”

Baca Juga: Sibuk Mengurusi Diri Sendiri Itu Bukan Berarti Egois Kata Gus Baha, Begini Konteksnya

Gus Baha lantas menyambungkannya dengan puasa Ramadan.

“Setelah membaca Fadlail Ramadlan versi ulama-ulama dulu, kita akan tahu cara pandang tentang Ramadan secara benar karena meniru ulama-ulama dulu,” tutur Gus Baha.

Di antaranya, sebagaimana yang Gus Baha sampaikan, paling tidak kita merasa lapar dengan puasa.

“Betapa saktinya orang-orang miskin yang lapar,” kata Gus Baha.

Baca Juga: Agar Tidak Marah ketika Dikritik, Perhatikan Nasihat Mencerahkan Gus Baha Ini

“Kita merasa menghormati makanan karena begitu nikmat ketika puasa kita melihat makanan yang disepelekan saat tidak Ramadan, maka ketika Ramadan itu menjadi spesial semua,” terang Gus Baha.

“Bahkan air putih pun spesial," imbuh Gus Baha. "Sekadar pisang goreng juga spesial.”

Gus Baha menjelaskan bahwa itulah hebatnya Rasulullah ketika memuji Ramadan dengan hal-hal yang wajar.

“Bagaimana pun hebatnya manusia itu ternyata kebutuhannya yang pokok hanya makan,” ungkap Gus Baha.

Baca Juga: Jajan di Warung Makan pun Bisa Menjadi Bijak, Begini Keterangan Mencerahkan dari Gus Baha

Gus Baha lantas menambahkan, “Ketika berbuka puasa itu senang sekali meskipun tidak punya mobil mewah, tidak punya uang banyak, sekadar ketemu makanan itu senang.”

“Jadi,” lanjut Gus Baha, “menghormati makanan itu memang dengan puasa. Makanan sesuap pun sangat berharga.”

Gus Baha menyimpulkan bahwa di sinilah ada syukur yang luar biasa.

“Itu kalau kita tidak membaca literatur yang dikatakan ulama-ulama zaman dulu, ya tidak tahu,” pungkas Gus Baha.

Baca Juga: Nabi Isa Dianggap sebagai Tuhan, Mengapa Nabi Muhammad Tidak Demikian? Ini Alasannya Menurut Gus Baha

Tulisan ini disarikan dan diolah dari keterangan Gus Baha yang dilansir dari kanal YouTube Najwa Shihab.***

Editor: Joko W

Sumber: YouTube cengkir maiyah

Tags

Terkini

Terpopuler