Lalu, “Nah, para sedherek, Abdul Qadir Jailani yang katanya sering bolak-balik nemoni, mendatangi Kiai Umar itu bukan Syekh Abdul Qadir Jailani sulthanul awliya’ dari Baghdad, melainkan Syekh Abdul Qadir Jailani sulthanul jann dari alas Roban. Mekaten nggih, para sedherek.”
Mendengar penjelasan itu, para jamaah yang datang tentu saja tercengang. Karena Kiai Umar sudah kadung terkenal di Banyuwangi, sementara Kiai Misbah tanpa tedeng aling-aling melancarkan kritik pedasnya di atas podium.
"Jika berpolemik, beliau tak segan-segan menggunakan kalimat serangan yang langsung mengenai sasaran. Tetapi, seperti dikatakan oleh seorang kiai dari Mranggen itu, walau galak, Kiai Misbah punya hati selembut sutera," kata Gus Ulil.
Kisah Gus Ulil ini didapatkan dari mertuanya, yakni Gus Mus bin Kiai Bisri Mustofa, alias Gus Mus adalah keponakan Kiai Misbah itu sendiri.***