Saat itu, datang seorang ulama' muda ahli fiqh dari Jember. Dialah KH Achmad Siddiq.
Kiai Achmad saat itu masih berusia 23 tahun dan tengah menjadi sekretaris pribadi KH Wahid Hasyim yang menjabat sebagai menteri agama.
Kedatangan Kiai Achmad untuk mengharapkan do’a dan dibacakan Al-Fatihah untuk keselamatan dan kesuksesan hidupnya.
Saat itu, Gus Ud menolak karena merasa ada yang lebih pantas membaca Al-Fatihah.
Gus Ud kemudian menunjuk Gus Miek yang saat itu tengah bermain berada di luar rumah. Gus Miek dengan terpaksa membacakan Al-Fatihah setelah diminta oleh Gus Ud.
KH Achmad Siddiq, sebelum dekat dengan Gus Miek, pernah menemui Gus Ud untuk bicara empat mata menanyakan tentang siapakah Gus Miek itu.
“Mbah, saya sowan karena ingin tahu Gus Miek itu siapa, kok banyak orang besar seperti Kiai Hamid Pasuruan menghormatinya?” tanya Kiai Achmad Siddiq.
“Di sekitar tahun 1950-an, kamu datang ke rumahku meminta do’a. Aku menyuruh seorang bocah untuk mendoakan kamu kan. Itulah Gus Miek. Jadi, siapa saja, termasuk kamu, bisa berkumpul dengan Gus Miek itu seperti mendapatkan Lailatul Qadar,” jawab Gus Ud.