BERITA BANTUL – Zuhud bukan praktik kerahiban yang secara total meninggalkan kenikmatan dunia. Zuhud dalam Islam tidak seperti itu.
Zuhud itu berhati-hati terhadap apa yang digunakannya untuk kelangsungan hidupnya di dunia dengan mempertimbangkan masa depan kehidupan setelah kematian kelak.
Perilaku zuhud ini diamalkan oleh para salik untuk mencapai makrifat sehingga perilaku tersebut merupakan moralitas tertinggi dari implementasi agama.
Baca Juga: Dalil Keutamaan Baca Pujian Setelah Adzan Menurut Habib Muhammad Al Habsyi
Sementara itu, Jalaluddin Rumi mengonsepkan zuhud sebagai berikut. Dikutip dari Fihi Ma Fihi (Forum, 2015), Jalaluddin Rumi menyebutkan bahwa zuhud adalah berpaling dari dunia dan berfokus pada akhirat dan ketaatan.
Puncaknya, seorang yang berzuhud itu harus mengetahui dunia, kejelekannya, dan kefanaannya. Ia pun harus mengetahui kelembutan akhirat, kekekalannya, dan keabadiannya.
Menurut Sang Maulana, zuhud itu didasari ilmu. Zuhud tanpa ilmu adalah mustahil karena zahid itu harus memahami ilmu zuhud.
Baca Juga: Jangan Menjadi Bucin, Begini Nasihat Jalaluddin Rumi
Dengan demikian, untuk berzuhud itu seorang hamba harus memahami ilmunya dulu. Oleh karena itu, seorang zahid itu pasti berilmu atau alim.