Sejurus kemudian Mbah Moen berkata:
"Visaku belum jadi, urus yah. Kamu belum punya juga toh? Tak kasih waktu dua hari," lanjut Mbah Moen yang hanya dijawab 'Siaaap Mbah' oleh Gus Hayat Makki.
Kemudian Mbah Moen mengajak Gus Hayat masuk ke dalam kamar pribadinya. Dan di atas dipan tempat tidurnya ada rak yang berisi sebuah koper. Lumayan besar dan Mbah Moen menyuruh diambil.
Setelah bertanya 'ibu Nyai nang ndi?' lantas dijawab 'di ruang belakang, Mbah," jawab Gus Hayat.
Koper itu lantas dibuka berisi lembaran uang yang banyak sekali.
"Cepat bawa pergi koper ini."
Setelah itu Gus Hayat pamitan. Koper uang itu dititipkan ke santri untuk sementara disimpan di rumah Gus Hayat di Bawang, Banjarnegara karena saat itu juga harus segera pergi ke Jakarta untuk keperluan mengurus visa yang diberi deadline 'hanya 2 hari'.
Baca Juga: Karomah Mbah Moen: Tahu Ada Santrinya yang Mau Punya Istri Dua, Ternyata di Pondoknya Begini
Deadline itu waktu yang terbilang mustahil untuk mengurus visa haji yang biasanya memakan waktu cukup lama.
Sesampainya di Jakarta, Gus Hayat langsung menuju masjid Istiqlal. Dini hari. Dia mujahadah munajat minta sama Allah pertolongan agar memudahkan mengurus visa.