Bagi Gus Baha itu kurang tepat, kecuali ia haji dengan misi sebagai pemandu orang yang haji, maka itu dianjurkan.
Sama halnya dengan seorang hafidz Quran, KH Arwani Kudus mengatakan bahwa semua santrinya yang hafidz tidak diperbolehkan mengikuti MTQ.
Hal itu disepakati oleh santri kinasih Mbah Maimoen Zubair tersebut.
“Saya sependapat dengan Mbah Arwani, karena jika sorang hafidz kok ikut MTQ itu bisa mengakibatkan orang akan membaggakan diri,”
Baca Juga: Sangat MENOHOK, Ciri Sifat Dasar Orang Mukmin itu Cinta, Bukan Takut Kepada Allah Kata Gus Baha
Berbeda halnya dengan orang haji yang dibiayai oleh Negara dengan sebuah misi sebagai pemandu atau menjadi juri MTQ.
“Dengan niatan memandu orang haji, tahu sah tidaknya dan menjadi juri MTQ yang harus menstandarkan bacaan dan makrojnya, itu boleh,” terang Gus Baha.
Namun, kata Gus Baha tidak sedikit orang Islam yang dihajikan oleh Negara dan ikut juara MTQ itu merasa bangga karena mendapatkan.
Mendapatkan inilah yang dimaksud Gus Baha, yaitu seorang hafidz jangan bermental mendapat, tetapi harus bermental memberi.
Baca Juga: INILAH Adab Rasulullah Ketika Para Sahabat Berbagi Tugas, Kata Gus Baha Contoh yang Luar Biasa