Di tengah kegalauan dan kesedihan, tanpa berpikir panjang dia menyanggupi permintaan mereka untuk mengajar membaca Al-Quran.
Setelah beberapa lama, Al-Bazzar semakin merasakan kebahagiaan menjalankan pekerjaannya. Demikian juga dengan para muridnya. Mereka begitu bersemangat belajar bersamanya.
Bahkan mereka meminta Al-Bazzar menetap di pulau itu untuk terus mengajarkan Al-Qur’an. Namun demikian, Al-Bazzar menolak.
Tak terpikirkan sedikit pun dalam benaknya bahwa dia akan menetap di sana. Para penduduk pun terus mendesaknya.
Bahkan mereka berniat menjodohkan Al-Bazzar dengan salah seorang gadis yang ayahnya telah meninggal. Akhirnya Al-Bazzar pun tak kuasa menolak permintaan mereka.
Saat diperkenalkan dengan gadis yang dimaksud, Al-Bazzar terpaku pada kalung di leher sang gadis. Sampai orang-orang menyangka jika dia mau menikah dengan gadis itu karena kalung itu. Mereka tidak tahu apa yang ada dalam benak Al-Bazzar.
Al-Bazzar kemudian menceritakan perihal kejadian terkait dengan kalung itu. Kalung itu adalah kalung yang ada dalam kantong yang dia temukan saat sedang berhaji, yang ternyata milik seorang lelaki tua.
Al-Bazzar mengembalikan kantong itu utuh berikut isinya, dan menolak saat lelaki tua itu hendak memberikan imbalan.
Seketika orang-orang yang mendengar ceritanya pun bersorak gembira. Al-Bazzar bingung mengapa mereka bersorak gembira.