Selama Kamu Mengikuti Rasulullah, Maka Kamu Selamat dari Fitnah Kata Syekh Yusri Mesir

- 18 Desember 2022, 09:52 WIB
Syekh Yusri jelaskan konflik di antara umat Islam dan tetap mengikuti sunnah Rasulullah
Syekh Yusri jelaskan konflik di antara umat Islam dan tetap mengikuti sunnah Rasulullah /facebook/hilma.ahmad.75/

HIKMAH - Selama Kamu Mengikuti Rasulullah, Maka Kamu Selamat dari Fitnah Kata Syekh Yusri Mesir.

Syekh Yusri Mesir memberikan nasihat tentang cara mengikuti sunnah Rasulullah di tengah kondisi sulit atau konflik antar umat Islam. 

Ini mengacu berbagai peristiwa dan konflik yang menyita emosi umat Islam terkait fitnah antar sesama.

Baca Juga: Ternyata Iblis Itu Makhluk yang Lemah Kata Gus Baha, Kamu Bisa Mengalahkannya dengan Cara Ini

Syekh Yusri menjelaskan tentang peristiwa perang Jamal yang antara Sayyidah Aisyah dan Sayyidina Ali.

Menurutnya, peperangan Jamal mulanya terjadi sebab pembunuhan Sayyiduna Utsman radhiyallahu 'anhu terjadi di Madinah di bulan Dzulhijjah, saat itu Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha sedang melaksanakan ibadah haji.

Sayyidah Aisyah mendengar bahwa Sayyiduna Ali karramallahu wajhahu dibai'at tapi tidak segera menghukum para pembunuh Sayyiduna Utsman. Maka Beliau pun berinisiatif untuk menuntut khalifah agar segera menghukum para penjahat itu.

Sementara Sayyiduna Ali punya pandangan lain: saat itu Madinah dikepung oleh banyak pasukan, jadi Beliau ingin menghalau semua pasukan agar kembali ke daerahnya masing-masing.

Kemudian Sayyiduna Ali memeriksa kejadian secara teliti setelah semua membai'at Beliau, karena kejahatan yang terjadi perlu dicari sebab, siapa di belakang semuanya dan siapa yang melakukan.

Pemeriksaan itu perlu waktu yang panjang, masa Beliau yang baru hari ini dibai'at bisa menghukum para penjahat keesokan harinya?!

Baca Juga: Cara Memuliakan Guru Sejati Menurut Imam Ghazali

Sayyidah Aisyah yang sedang di Makkah mengira para pembunuh itu orangnya diketahui, jadi kenapa mesti menunda hukuman?

Sayyiduna Zubair bin Awwam dan Sayyiduna Thalhah mulanya di Madinah dan telah membai'at Sayyiduna Ali, kemudian mereka berdua ke Makkah untuk mengerjakan umrah.

Di Makkah, bertemu Sayyidah Aisyah yang menceritakan bahwa Beliau sudah menyiapkan massa dan senjata untuk menuntut keadilan dari Sayyiduna Ali.

Sayyiduna Zubair dan Sayyiduna Thalhah pun akhirnya mendukung ide Sayyidah Aisyah.

Nah, Sayyiduna Ali mendengar bahwa Sayyidah Aisyah datang bersama pasukan yang di antaranya ada Sayyiduna Zubair dan Sayyiduna Thalhah yang sebelumnya sudah membai'at.

Jadi pasukan yang menyerbu Madinah makin banyak, maka Sayyiduna Ali pun menuju Kufah agar tidak terjadi pertemuan di Madinah.

Pasukan Sayyidah Aisyah yang mendengar Sayyiduna Ali ke Kufah pun berangkat menuju Kufah, Sayyidah Aisyah pun dinaikkan ke atas unta. Makanya dinamai peperangan "Jamal" (unta).

Di perjalanan, Sayyidah Aisyah istirahat di daerah Hauaj, saat itu anjing jeilan menggonggong.

Beliau pun bertanya: "Kita di mana?". Dijawab: "Daerah Hauaj".

Baca Juga: Mati dalam Keadaan Jomblo Termasuk Syahid, Ini Kata Gus Baha!

Sayyidah Aisyah pun teringat sabda Rasulullah SAW yang berkata pada para isteri Beliau SAW: "Barang siapa di antara kalian yang digonggongi oleh anjing Hauaj, maka diamlah di rumah kalian!"

Jadi Nabi SAW sudah menasehati semua isteri Beliau agar tidak ada yang sampai bepergian ke daerah Hauaj dan digonggongi anjingnya, meminta para isteri Beliau untuk diam di rumah.

Saat itulah Sayyidah Aisyah merasa bahwa Beliau telah bersalah dan ingin pulang.

Tapi ada saja yang menginginkan fitnah berkobar, orang itupun bersumpah atas nama seluruh umat Islam bahwa daerah itu bukan Hauaj. Itulah orang pertama yang bersaksi palsu dalam Islam.

Jadi fitnah itu sangat dahsyat. Perjalanan pun diteruskan, sampai terjadi peperangan.

Shahabat Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu tidak ikut serta bersama Sayyidah Aisyah karena hadits Sayyiduna Nabi SAW saat mendengar puteri Kisra diangkat menjadi ratu di Persia: "Tidaklah untung kaum yang dipimpin seorang perempuan".

Sayyiduna Abu Bakrah memandang hadits itu umum karena mentakhshish hukum itu perlu pemahaman yang teliti dan Sayyiduna Abu Bakrah bukanlah salah satu fuqaha di kalangan shahabat.

Jadi Beliau pun tidak mau mengikuti pasukan yang dipimpin oleh Sayyidah Aisyah.

Baca Juga: Saat Tertimpa Musibah atau Ujian, Lakukan Amalan Ini Agar Tidak Merasa Lemah Kata Gus Baha

Padahal sebenarnya sabda Rasulullah SAW itu adalah menceritakan kejadian tertentu. Karena Kisra merobek surat yang dikirimkan Rasulullah SAW, maka Beliau SAW berdo'a: "Ya Allah, robeklah kerajaannya sebagaimana dia merobek suratku".

Putera Kisra pun meracuni ayahnya, sementara Kisra yang mengetahui puteranya ingin membunuhnya sudah menyiapkan racun di gudang penyimpanan harta penting bertuliskan "obat penguat syahwat" karena mengetahui puteranya suka seks.

Ketika Kisra mati, puteranya membuka gudang & menemukan botol bertuliskan obat penguat syahwat, dia pun meminumnya & mati.

Jadi, tidak ada yang menggantikan Kisra kecuali puterinya, maka ketika Rasulullah SAW mendengar hal itu, Beliau pun bersabda hadits tadi untuk menunjukkan bahwa kerajaan Kisra akan punah, bukan untuk semua kepemimpinan perempuan, karena Allah SWT Memuji kepemimpinan Sayyidah Bilqis di Saba.

Jadi, tidak semua kepemimpinan perempuan berarti buruk dan hadits itu umum.

Para fuqaha berpendapat seperti pendapat Sayyiduna Abu Bakrah ra yang menganggap perempuan tidak shah memimpin qadha (pengadilan).

Baca Juga: Cara Menemukan Guru Sejati Menurut Imam Ghazali

Kecuali Al-Imam Abu Hanifah yang membolehkan perempuan memimpin pengadilan yang berurusan tentang keuangan (harta) danperempuan, tidak untuk kejahatan & kepemimpinan umum (imam muslimin).

Sementara Al-Imam at-Thabari membolehkan semua kepemimpinan perempuan sampai pada kepemimpinan umum.

Hadits ini disampaikan Al-Imam al-Bukhari rahimahullah menunjukkan bahwa selama kamu mengikuti perintah Rasulullah SAW maka akan menjauhkanmu untuk ikut serta dalam fitnah dengan memahami hadits secara umum, meskipun pemahaman itu masih bisa dipermasalahkan. Bagaimanapun pemahaman itu menyelamatkan.

Nah, Sayyiduna Ali tentu tidak terima Sayyiduna Zubair dan Sayyiduna Thalhah memerangi Beliau setelah sebelumnya sudah membai'at.

Saat terjadi pertemuan dan bicara dengan Sayyiduna Ali, Sayyiduna Zubair dan Thalhah pun mengundurkan diri dan berbalik untuk tidak jadi melawan Sayyiduna Ali.

Ketika mereka berbalik, ada pihak yang menginginkan fitnah: saat mereka berdua berbalik, Sayyiduna Zubair dibunuh dari belakang, sementara Sayyiduna Thalhah dibunuh dengan panah yang tidak diketahui dari mana asalnya.

Akhirnya pasukan Sayyiduna Ali pun dituduh sebagai pembunuh kedua shahabat yang mulia itu agar peperangan berkobar kuat.

Baca Juga: Profil Sayyid Haydar Al Haddar, Cucu Rasulullah Bersuara Emas dari Bondowoso

Peperangan Jamal itu sangat besar, korbannya tidak kurang dari 10 ribu, 5 ribu di pihak Sayyiduna Ali & 5 ribu di pihak Sayyidah Aisyah.

Bahkan ada yang menyebutkan korban keseluruhan adalah 13 ribu.

Banyak yang ikut serta dengan Sayyidah Aisyah karena memandang Beliau sebagai um al-mukminin dan bersama Beliau ada 2 shahabat mulia yang sudah dikabarkan Rasulullah SAW sebagai ahli surga.

Sayyiduna Ali melihat masalah sebagai peperangan melawan mereka yang keluar dari imam dan menyalahi bai'at.

Beliau pun mengirim Sayyiduna Ammar dan putera Beliau "Sayyiduna al-Hasan" ke Basrah mengajak warganya membantu melawan pasukan besar yang datang bersama Sayyidah Aisyah.

Dalam khutbahnya, Sayyiduna 'Ammar mengingatkan bahwa Sayyidah Aisyah merupakan isteri Sayyiduna Rasulullah SAW di dunia dan akhirat yang mesti dihormati, hanya saja Allah SWT Menguji kalian untuk Mengetahui siapa yang mengikuti imam daripada mengikuti Sayyidah Aisyah yang saat itu salah faham.

Warga Kufah pun banyak yang membela Sayyiduna Ali.

Sayyiduna Abu Musa al-Asy'ari dan Sayyiduna Abu Mas'ud termasuk shahabat yang tidak ikut serta dalam peperangan.

Baca Juga: Amalan Hati Paling Baik Menurut Abah Guru Sekumpul, Agar Ibadah Diterima dan Meraih Husnul Khotimah

Keduanya protes pada Sayyiduna 'Ammar kenapa cepat mengambil sikap untuk membela Sayyiduna Ali, sementara Sayyiduna 'Ammar juga protes pada keduanya karena lambannya mereka berdua dalam pembelaan pada Sayyiduna Ali.

Setelah terjadi perbedaan pendapat, Abu Mas'ud ra memberikan Sayyiduna Abu Musa dan Sayyiduna 'Ammar masing-masing sepasang pakaian, lalu pergi bersama-sama ke masjid untuk shalat Jum'at.

Ini menunjukkan bahwa para shahabat tetap berhubungan baik meskipun terjadi berbedaan pendapat karena masalah rumit dalam diri mereka.

Demikian faidah dari Maulana Syekh Yusri Rusydi hafizhahullah, 12 desember 2018. Keterangan itu dikutip dari catatan Hilma Rosyida Ahmad di facebook pribadinya yang diunggah pada 15 Desember 2028.***

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah