BERITA BANTUL – Jangan merebut hal yang sejatinya itu milik Allah. Ini kata Gus Baha dalam memaknai salah satu lirik Al Hikam.
Gus Baha begitu piawai memaknai larik demi larik kitab Al Hikam yang disusun oleh Ibn Athaillah.
Menurut Gus Baha, orang-orang itu mengetahui mazhab Syadzili itu karena kitab Al Hikam.
Hal itu dikarenakan Ibn Athaillah adalah murid dari Abu Al Abbas Al Mursi yang merupakan murid dari Abu Al Hasan Al Syadzili, pendiri Syadziliyah.
Baca Juga: Presiden Jokowi Ungkap Abah Guru Sekumpul Adalah Sosok Ulama Besar dan Kharismatik
Kata Gus Baha, Ibn Athaillah itu sebetulnya bukan orang alim yang gemar berpikir rumit. Orang waras, begitu saja menurut Gus Baha.
Gus Baha menyampaikan, “Orang waras itu begini, memang beda yang waras dan yang tidak.”
“Misalnya,” kata Gus Baha melanjutkan, “saya ambil uang milik Musthofa tanpa izin. Itu boleh atau tidak? Tidak boleh.”
Gus Baha lantas menyampaikan bahwa Ibn Athaillah membuat makalah seperti ini.
منعك أن تدّعي مما لمخلوق
Allah itu melarangmu untuk mengklaim sesuatu yang bukan milikmu.
“Padahal,” lanjut Gus Baha, “itu sama-sama makhluk tapi dilarang mengaku-aku.”
Gus Baha memberikan permisalan lagi. Gus Baha mengatakan, “Misalkan Musthofa punya mobil. Saya akui mobil itu sebagai milik saya. Boleh atau tidak? Tidak boleh, kan?”
“Musthofa punya rumah. Saya akui rumah tersebut sebagai milik saya. Boleh atau tidak? Tidak boleh,” imbuh Gus Baha.
Gus Baha lantas memberikan nasihat bahwa kalau mengakui barang milik orang lain sesama makhluk saja tidak boleh, apalagi mengakui hal yang menjadi milik Allah.
Lantas, hal apa yang menjadi milik Allah itu? Begini penjelasan Gus Baha.
“Misalkan mengakui sifat menentukan nasib. Menentukan seseorang itu suul khatimah atau husnul khatimah itu hak siapa?” ujar Gus Baha.
“Karena kamu benci seseorang lalu menganggap ia pasti suul khatimah, itu tidak boleh. Yang menentukan itu Allah,” tutur Gus Baha menerangkan.
Gus Baha menyimpulkan, “Mengakui milik orang lain saja tidak boleh apalagi mengakui hal yang menjadi hak milik Allah.”
Pelajaran yang bisa kita ambil adalah bahwa kita tidak berhak menghukumi seseorang itu nanti masuk surga atau neraka karena itu hak Allah.
Kita juga tidak berhak menyatakan seseorang itu kelak meninggalnya akan husnul khatimah atau suul khatimah. Kita sesama makhluk itu sekadar mendoakan kebaikan saja.
Tulisan ini disarikan dan diolah dari keterangan Gus Baha yang dilansir dari kanal YouTube Santri Gayeng.***