Ketika Rasulullah Ditanyai Orang yang Suka Berbohong, Jawabannya Mengejutkan Menurut Gus Baha

- 4 September 2023, 00:15 WIB
Ketika Rasulullah Ditanyai Orang yang Suka Berbohong, Jawabannya Mengejutkan Menurut Gus Baha
Ketika Rasulullah Ditanyai Orang yang Suka Berbohong, Jawabannya Mengejutkan Menurut Gus Baha /

HIKMAH - Ketika Rasulullah Ditanyai Orang yang Suka Berbohong, Jawabannya Mengejutkan Menurut Gus Baha.

Orang-orang yang datang menemui Rasulullah tidak semuanya orang yang langsung manut dan patuh kepada Nabi Muhammad SAW.

Banyak juga kisah-kisah tentang para sahabat Nabi yang punya pertanyaan unik dan kontroversi saat disampaikan kepada Rasulullah. 

Baca Juga: Cara Habiskan Waktu Terbaik Antara Isya dan Subuh Menurut Gus Baha, Bisa Sambil Ngopi dan Ngobrol

Gus Baha menyuguhkan kisah menarik terkait seseorang yang datang kepada Rasulullah untuk bertanya sesuatu dan tetap mengakui dirinya suka berbohong. 

"Ini saya contohkan yang paling mudah agar kamu tahu dan tidak mudah menyalahkan orang," terang Gus Baha. 

Di sini, Gus Baha kemudian mengisahkan pernah ada seseorang mendatangi Nabi Muhammad SAW.

'Ya Rasulullah, saya ini mau masuk Islam. Tapi, penyakit dasar saya itu sering berbohong," kata orang tersebut pada Nabi.

Dia lantas bertanya, "Apakah boleh saya sholat, zakat, tapi tetap boleh berbohong?"

Baca Juga: Hilang Tanpa Jejak, Ayah Habib Umar bin Hafidz Diculik Saat Mau ke Masjid untuk Shalat Jumat

Apakah Rasulullah kemudian menjawab pada orang tersebut bahwa berbohong itu haram? Ternyata tidak.

"Jawabnya Nabi, 'Tidak apa-apa, yang penting kamu tetap shalat,'" kata Gus Baha.

Setelah orang itu pergi, Ibnu Abbas protes, "Ya Rasulullah, apakah engkau menghalalkan berbohong?"

"Tidak, berbohong itu tidak halal," jawab Rasulullah.

"Tapi, kenapa engkau memperbolehkan dia tetap berbohong?" tanya Ibnu Abbas lagi.

Gus Baha menuturkan bahwa orang tersebut merupakan makelar, sehingga rezekinya dari berbohong.

Maka, Nabi menjawab, "Kalau nanti sering sholat, maka dia akan jijik sendiri dengan kebohongan."

Berarti, lanjut Gus Baha, ketika Nabi memperbolehkan berbohong itu bukanlah hukum yang sebenarnya, melainkan hukum tahapan.

Baca Juga: Ini Tokoh yang Selalu Dampingi Habib Umar bin Hafidz Keliling Dakwah, Ternyata Bukan Orang Biasa

"Ini yang paling sulit dalam bab fikih dakwah, makanya disebut fikih dakwah. Ada hukum yang tidak sebenarnya, tetapi hanya tahapan," terangnya.

Hal ini menurut Gus Baha berlaku pula bagi orang yang belum mampu berjilbab.

"Misalnya saya bertemu dengan orang Jakarta yang mondok di saya, misalnya perempuan. Dia biasa bercelana pendek," katanya mencontohkan.

Menurut Gus Baha, orang seperti ini jika langsung disuruh berjilbab pasti akan sulit.

"Kira-kira, saya akan suruh dia, 'Ya sudah pakai celana panjang, lumayan daripada pakai celana pendek,'" tuturnya.

Namun, kata Gus Baha, tentu maksudnya adalah bahwa jilbab juga akan segera menyusul.

"Jadi, bukannya sekedar bercelana panjang itu hukum sebenarnya, melainkan ini baru hukum tahapan," terangnya.

Ulama asal Rembang tersebut mengatakan bahwa inilah pentingnya mengaji. Sehingga seseorang tahu sejatinya hukum, fikih atau tahapan.

"Kalau ditanya apakah boleh berpakaian terbuka? Ya tidak boleh! Tapi, apakah kamu bisa mengatur orang se-Indonesia?'" kata Gus Baha.

Baca Juga: Di Balik Cahaya Cinta Habib Umar bin Hafidz, Wajahnya Luluhkan Hati Siapa Saja yang Memandang

Menurut Gus Baha, penting bagi seseorang untuk melatih diri dengan fikih dakwah.

"Sebaiknya yang masih berpakaian terbuka diajarkan untuk tidak terbuka. Ya sudah, begitu saja. Kita ini bisa apa?" imbuhnya.

"Firman Allah, Nabi sendiri tidak bisa menguasai orang. Karenanya, diusahakan sesuatu dilakukan dengan kesadaran," tegas Gus Baha, dikutip dari kanal YouTube Santri Gayeng yang diunggah pada 13 Februari 2022.

Ketika Sulit Menghindari Kontak dengan Lawan Jenis

Sementara itu, Habib Novel Alaydrus menjelaskan tentang cara tebaik dalam menolak jabat tangan lawan jenis dengan sopan dan beradab.

Kegiatan jabat tangan sering kali dilakukan dalam pertemuan keluarga, relasi bisnis, karyawan dengan atasannya, atau sesama karyawan.

Sesungguhnya, aturan yang telah diterapkan atau diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW cukup jelas, yakni seseorang tidak boleh menyentuh lawan jenis yang bukan mahram, termasuk berjabat tangan.

"Apabila ada seseorang lawan jenis yang meminta jabat tangan dengan kita, maka cara menolaknya yaitu dengan akhlak dan adab yang baik, jangan menolaknya dengan kata-kata yang membuat orang lain tersinggung," kata Habib Novel.

Baca Juga: Ziarah Makam Tebuireng, Ini Ikatan Ruhani Habib Umar bin Hafidz dengan Pendiri NU KH Hasyim Asy'ari

Gunakanlah akhlak untuk mencerminkan Islam yang baik, sebaiknya tolak dengan santun. Salah satunya dengan menyatukan kedua telapak tangan yang diletakkan di depan dada.

"Atau dengan mengatakan permohonan maaf yang baik. Bisa juga dengan mengatakan bahwa saya sedang dalam keadaan pegang wudhu," lanjut Habib Novel Alaydrus, dikutip dari kanal youtube Habib Novel Alaydrus.***

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x