Profil Singkat KH Ahmad Nafi Abdillah Kajen, Ulama Ahli Fiqih yang Jadi Mursyid Thariqoh

- 27 Juli 2023, 08:42 WIB
Profil Singkat KH Ahmad Nafi Abdillah Kajen, Ulama Ahli Fiqih yang Jadi Mursyid Thariqoh
Profil Singkat KH Ahmad Nafi Abdillah Kajen, Ulama Ahli Fiqih yang Jadi Mursyid Thariqoh /facebook/jamal/

Dalam bahasa al-Marhum al-Maghfurlah KH. Ali Fattah Ya’qub “waqaddimid dirayah ala ar-riwayah” dahulukan belajar dari riwayat harus selalu dijadikan prinsip utama siswa-siswa PIM untuk mendapatkan keberkahan ilmu.

Kiai Mu’adz Thohir sering menceritakan hikayat KH. Muhammadun Abdul Hadi yang belajar sampai lupa waktu ketika diajak munadharah kitab Jam’ul Jawami’ bersama gurunya KH. Mahfudh Salam setelah mengkhatamkan kitab Jam’ul Jawami’ bersama gurunya tersebut.

Thariqah Bersama Habib Luthfi

Pergulatan intelektual Kiai Nafi’ semakin lengkap ketika beliau mengikuti jalan thariqah dengan mursyid Habib Luthfi Pekalongan.

Ketika penulis wawancara beliau bersama Mas Ratna Andi Irawan dalam momentum satu abad PIM (2012), Kiai Nafi’ menceritakan pengalaman pendidikan thariqahnya dengan Habib Luthfi bin Yahya. 

Pada akhirnya beliau diangkat menjadi Mursyid Thariqah dengan tugas yang sangat berat dan agung, yaitu membai’at dan membimbing santri-santri untuk mengambah jalan (suluk) mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dalam konteks bekerja, Kiai Nafi’ sering mengingatkan kepada orang-orang, khususnya ketika kami shilaturrahim saat lebaran (badan dalam istilah jawa) supaya tetap bertawakkal kepada Allah dan jangan menghitung keuntungan dan memastikannya.

Kiai Nafi’ menceritakan pengalaman pribadinya ketika beliau bisnis kapuk dengan kalkulasi keuntungan yang besar, misalnya membeli kapuk dengan harga sekian, kemudian dijual dengan harga sekian, maka keuntungan yang didapat sekian dalam jumlah besar. Apa yang terjadi ?

Setelah kapuk dibeli, ternyata harga jatuh, akhirnya tidak jadi untung. Hal ini untuk mengingatkan supaya dalam ber-ikhtiyar (bekerja) tidak melupakan aspek tawakkal dan i’timad

kepada Allah sebagai Sang Pemberi Rizki dan Pemberi Anugerah satu-satunya, bukan yang lain. Hal ini sebagaimana prinsip kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah, khususnya Imam Al-Asy’ari yang melahirkan konsep al-kasb (usaha) sebagai antitesa paham qadariyyah (free will) dan jabariyah (fatalistic).

Halaman:

Editor: Amrullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah