Ramai Cak Nun Sebut Indonesia Dipimpin Firaun Bernama Jokowi, Gus Mus Ungkap Sosok Asli Emha Ainun Nadjib

- 18 Januari 2023, 00:08 WIB
Ramai Cak Nun Sebut Indonesia Dipimpin Firaun Bernama Jokowi, Gus Mus Ungkap Sosok Asli Emha Ainun Nadjib
Ramai Cak Nun Sebut Indonesia Dipimpin Firaun Bernama Jokowi, Gus Mus Ungkap Sosok Asli Emha Ainun Nadjib /

TOKOH - Ramai menjadi viral di media sosial salah satu potongan video Cak Nun yang mengatakan Indonesia dipimpin oleh Firaun bernama Jokowi.

Selang beberapa waktu setelah video itu viral, Gus Mus mengunggah sebuah nasehat di akun facebooknya @s.kakung. Berikut ini adalah potret kedekatan Gus Mus dan Cak Nun.

KH Mustofa Bisri atau Gus Mus dan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) merupakan dua orang sahabat yang sangat dekat, keduanya pernah bersama-sama menjadi sahabat karib KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Beberapa kali dalam berbagai kesempatan Gus Mus dan Cak Nun sering bertemu dalam satu panggung.

Kedekatan Gus Mus dan Cak Nun pernah diabadikan Gus Mus dalam postingan di akun Facebook pribadinya, tepatnya pada 8 Desember 2019 lalu.

Baca Juga: Biografi Singkat Cak Nun, Sedang Ramai Dibahas Karena Sebut Jokowi Firaun

Tampak dalam postingan tersebut Gus Mus dan Cak Nun sedang bertemu di suatu tempat. Pada foto yang dibagikan tersebut Cak Nun tampak tanpa penutup kepala, berkemeja hitam lengan pendek, dan celan hitam. 

Sementara itu Gus Mus mengenakan kopiah hitam, berkacamata, berkemeja putih lengan panjang, dan celana panjang hitam. Keduanya tampak asyik sedang membicarakan hal yang serius. 

“Intermeso. Silakan Sampeyan tulis keterangan gambar ini menurut imajinasi Sampeyan. Hingga 2 hari mendatang, 5 orang yang tulisannya paling menggelitik atau menghibur, akan diberi hadiah, insyãAllah,” tulis Gus Mus di akun Simbah Kakung." tulis Gus Mus dalam postingannya tersebut.

Baca Juga: Cak Nun Viral Sebut Jokowi Firaun, Ini Pesan Penting Gus Mus

Sementara itu dalam postingan akun facebook @Berguru Pada Alam, Gus Mus pernah memberikan ungkapan sebuah sajak yang menggambarkan sosok Cak Nun, berikut ini:

Cak Nun itu

Santri tanpa sarung,

Haji tanpa peci,

Kiai tanpa sorban,

Dai tanpa mimbar,

Mursyid tanpa tarekat,

Sarjana tanpa wisuda,

Baca Juga: Sebut Jokowi Seperti Firaun, Ini Kata-Kata Cak Nun yang Kritis tentang Kondisi Indonesia

Guru tanpa sekolahan,

Aktivis tanpa LSM,

Pendemo tanpa spanduk,

Politisi tanpa partai,

Wakil rakyat tanpa dewan,

Pemberontak tanpa senjata,

Ksatria tanpa kuda,

Saudara tanpa hubungan darah....."

(Gus Mus)

Biografi Singkat Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

Emha Ainun Nadjib yang lebih dikenal dengan sebutan Cak Nun atau Mbah Nun lahir di desa Menturo, Sumobito, Jombang, Jawa Timur.

Ia lahir pada hari Rabu Legi, 27 Mei 1953 dan merupakan anak ke-4 dari 15 bersaudara. Ayahnya adalah seorang kyai terpandang di desanya.

Baca Juga: Heboh Cak Nun Sebut Jokowi sebagai Firaun, Gus Nadirsyah Hosen Beberkan Siapa Itu Firaun di Kalangan Umat

Sebahagian masa kecil Emha Ainun Nadjib dihabiskan di desanya. Ia bersekolah disalah satu sekolah dasar di desanya. Setelah lulus sekolah dasar ia melanjutkan pendidikan di Pondok Modern Gontor Ponorogo.

Namun pada pertengahan tahun ketiganya bersekolah di Gontor ia dikeluarkan dari sekolah karena demo melawan dept. keamanan. Kemudian dia pindah ke Yogyakarta dan bersekolah di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.

Setelah lulus SMA, Emha Ainun Nadjib melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas UGM, namun dia tak sampai lulus. Emha merasa tidak betah dan kemudian memilih bergabung dengan kelompok penulis muda, Persada Studi Klub (PSK).

Di (PSK) Emha Muda menemukan bakat kepenyairan dan kepenulisan. Tulisan-tulisan hasil karya Emha banyak dimuat di media massa. Inilah titik penting dari hadirnya pengakuan masyarakat atas eksistensinya.

Sebagai seorang penyair dan penulis karir Emha terbilang cukup bagus. Ia pernah mengikuti kegiatan kesenian internasional seperti, Lokakarya Teater di Filipina (1980);

Baca Juga: Viral Jokowi Disebut Firaun, Ganti Videonya Masuk Kakbah Gegerkan Warganet, Jawab Cak Nun?

International Writing Program di Universitas Lowa, Lowa City, AS (1984); Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984); serta Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman Barat (1985)

Karya-karya bidang kepenulisan Emha cukup banyak diterbitkan, baik berupa sajak maupun esai. Diantara sajaknya yang telah terbit adalah: M. Frustasi, Sajak-Sajak Sepanjang Jalan, Sajak-Sajak Cinta, Nyanyian Gelandangan, 99 Untuk Tuhanku, Suluk Pesisiran, Syair Asmaul, dll.

Sedangkan buku esainya yang telah diterbitkan adalah: Dari Pojok Sejarah, Sastra Yang Membebaskan, Secangkir Kopi Jon Pakir, Markesot Bertutur, Markesot Bertutur Lagi, Slilit Sang Kyai, 2,5 Jam Bersama Soeharto, Jogja Indonesia Pulang Pergi, Gelandangan Di Kampung Sendiri, Sedang Tuhan Pun Cemburu, Indonesia Bagian Dari Desa Saya, Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai, dan masih banyak lagi.

Sebagai seorang pekerja sosial, kehidupan Emha lebih banyak dijadwal oleh masyarakat yang selalu setia disapanya lewat pelbagai acara.dan pertemuan.

Baca Juga: Cak Nun Sebut Jokowi Firaun, Ini Tafsir QS Asy Syu'ara Ayat 23, Firaun Bertanya Pada Nabi Musa, Siapa Tuhan?

Setidaknya ada empat acara rutin yang diasuhnya,diantaranya: Padhang Mbulan (Jombang), Mocopat Syafaat (Yogyakarta), Kenduri Cinta (Jakarta) dan Gambang Syafaat (Semarang), Acara-acara tersebut masih eksis hingga sekarang

Padhang mbulan adalah salah satu acara rutin yang diadakan oleh Emha Ainun Nadjib di desa Menturo, Jombang, Jawa Timur.

Acara tersebut merupakan acara maiyahan yang pertama kali diadakan oleh Emha Ainun Nadjib. Padhang mbulan sudah berlangsung selama 23 tahun dan masih berlangsung hingga saat ini.***

Editor: Ahmad Lailatus Sibyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x