Mengenal Masjid Pathok Negoro Kasultanan Yogyakarta, Sejarah, Pendiri dan Lokasinya

27 Februari 2022, 12:56 WIB
Masjid Pathok Negoro Kasultanan Yogyakarta /Kebudayaan Kemdikbud/

BERITA BANTUL – Masjid menjadi salah satu pilar bagi berdirinya Kasultanan Yogyakarta. Selain Masjid Gedhe yang berada di pusat pemerintahan, Kasultanan Yogyakarta juga membangun masjid di empat penjuru mata angin.

Keempat masjid ini disebut sebagai Masjid Pathok Negara. Seperti dikutip beritabantul.com dari jbbudaya.jogjabelajar, secara makna kata, pathok berarti sesuatu yang ditancapkan sebagai batas atau penanda, dapat juga berarti aturan, pedoman ,atau dasar hukum.

Sementara negara berarti negara, kerajaan, atau pemerintahan. Sehingga pathok negara bisa diartikan juga sebagai batas wilayah negara atau pedoman bagi pemerintahan negara.

Baca Juga: Adzan Pitu, Peninggalan Budaya Unik yang Hanya Ada di Masjid Sang Cipta Rasa, Cirebon Jawa Barat

Secara lokasi, posisi Masjid Pathok Negara berada di wilayah pinggiran Kuthanegara, tepat berada di perbatasan wilayah Negaragung.

Kuthanegara dan Negaragung adalah sistem pembagian hirarki tata ruang dalam wilayah kerajaan Mataram Islam.

Jika wilayah Kuthanegara adalah tempat dimana pusat pemerintahan berada, maka Negaragung adalah wilayah inti kerajaan yang berfungsi sebagai pelingkup atau penyangga pusat pemerintahan.

Pathok negara juga merupakan nama jabatan Abdi Dalem di bawah struktur Kawedanan Reh Pangulon. Abdi Dalem Pathok Negara adalah Abdi Dalem yang menguasai bidang hukum dan syariat agama Islam.

Para Abdi Dalem ini diberi wilayah perdikan dan ditugasi mengelola masjid di wilayah tersebut, termasuk memberikan pengajaran/pendidikan keagamaan kepada masyarakat yang berada di sekitar bangunan masjid.

Secara keseluruhan Masjid Pathok Negara memiliki fungsi sebagai pusat pendidikan, tempat upacara/kegiatan keagamaan, bagian dari sistem pertahanan, sekaligus bagian dari sistem peradilan keagamaan yang disebut juga sebagai Pengadilan Surambi.

Pengadilan ini memutus hukum perkara pernikahan, perceraian atau pembagian waris. Sementara untuk hukum yang lebih besar (perdata atau pidana) diputus di pengadilan keraton.

Baca Juga: KH Adlan Aly Baca Kitab di Masjid Tebuireng, Langit Tiba-tiba Gelap Turun Hujan, Ternyata Ini yang Dibaca

Keempat Masjid Pathok Negara dibangun di masa Sri Sultan Hamengku Buwono I. Berikut ini Masjid Pathok Negoro Yogyakarta, sejarah, pendiri dan lokasinya.

  1. Masjid An-Nur Mlangi

Masjid ini didirikan seiring dengan berdirinya daerah atau dusun Mlangi yang sekarang berada di wilayah Nogotirto, Gamping, Sleman sekira tahun 1758 oleh Kyai Nur Iman setelah mendapat tanah perdikan dari Sultan Hamengkubuwana I.

Saat ini pengelolaan masjid An-Nur dilakukan oleh masyarakat sekitar tetapi pihak keraton Yogyakarta tetap menempatkan abdi dalem pathok negara di masjid ini sebagai salah satu penanda bahwa masjid tersebut adalah Kagungan Dalem.

  1. Masjid Sulthoni Plosokuning

Masjid Plasakuning atau Plosokuning yang berada di wilayah Desa Minomartani, Ngaglik, Sleman, ini dibangun sebelum keraton Yogyakarta berdiri. Masjid ini didirikan oleh Kyai Mursodo, yang merupakan anak dari Kyai Nur Iman Mlangi.

Kyai Nuriman merupakan saudara dari Sri Sultan Hamengkubuwono I.

Sesaat setelah membangun Keraton serta Masjid Gede Kauman, Sri Sultan Hamengkubuwono I memindahkan Masjid Ploso Kuning ke tempat yang saat ini menjadi lokasi Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning.

Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning dipindah dan dibangun ulang setelah pembangunan Masjid Gede Kauman. Sehingga bentuk masjid tersebut meniru Masjid Gede Kauman.

Terlihat dari model tumpang dan mahkota di atasnya. Ciri khas masjid plosokuning ini adalah adanya kolam yang mengelilingi masjid untuk membasuh kaki karena untuk menyesuaikan kebiasaan masyarakat waktu dahulu yang beraktivitas sehari-hari tanpa alas kaki.

  1. Masjid Ad-Darojat Banguntapan

Masjid Jami' Ad-Darojat terletak di desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Masjid yang dibangun pada tahun 1774 ini pernah mengalami penggusuran pada tahun 1943.

penggusuran saat itu dikarenakan lokasi masjid akan digunakan untuk perluasan pangkalan udara tentara Jepang. Setelah Indonesia merdeka masjid ini dibangun kembali di lokasi yang sama pada tahun 1960.

Baca Juga: Inilah 37 Daftar Budaya Tak Benda (WBTB) Jawa Barat yang Baru Ditetapkan

  1. Masjid Nurul-Huda Dongkelan

Masjid ini terletak di wilayah Kauman, Dongkelan. Secara administratif, berada di Desa Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul. Masjid yang dibangun oleh Kyai Sihabudin pada tahun 1775.

Masjid ini pernah dibakar oleh Belanda pada masa Perang Diponegoro karena dianggap sebagai tempat berkumpulnya para pejuang pengikut Diponegoro. Lalu, pada awal abad 20, masjid itu diperbaiki bangunannya oleh Sultan Hamengku Buwono VII.

  1. Masjid Taqwa Wonokromo

Masjid Taqwa merupakan yang terbesar di antara masjid-masjid pathok negara yang lainnya. Ini adalah masjid satu-satunnya yang bukan merupakan penjaga mata angin.

Pendirian Masjid Taqwa tidak dapat dipisahkan dari tokoh bernama Kyai Mohammad Fakih. Dia adalah seorang guru agama Islam yang bertempat tinggal di Desa Ketonggo.

Kyai Mohammad Fakih juga dikenal senang membuat welit (atap rumbia) yang terbuat dari daun ilalang, bukan dari daun tebu. Hal inilah yang menyebabkan dirinya memiliki nama lain "Kyai Welit".

Itulah kelima Masjid Pathok Negoro Yogyakarta, besrta sejarah singkat, pendiri dan lokasinya. Bagi yang ingin mengenal lebih dekat lagi, silahkan bisa berkunjung ke masjid Pathok Negoro.***

Editor: Muhammadun

Sumber: Jogja Belajar

Tags

Terkini

Terpopuler