Puisi Berjudul Cipasung Karya Acep Zamzam Noor, Indah dan Penuh Makna

22 November 2022, 11:50 WIB
Puisi Berjudul Cipasung Karya Acep Zamzam Noor, Indah dan Penuh Makna /facebook/udin/

BUDAYA - Berikut ini adalah puisi berjudul Cipasung karya sastrawan besar Sunda, yakni Acep Zamzam Noor Tasikmalaya.

Puisi berjudul Cipasung melukiskan keindahan Cipasung yang indah, diksi yang dihadirkan melahirkan makna yang dalam.

Acep Zamzam Noor adalah putra ulama besar Indonesia, yakni KH Muhammad Ilyas Ruhiat Cipasung Tasikmalaya.

Baca Juga: Kisah Ajengan Abun Bunyamin Ruhiat, Sosok Pecinta dan Pengabdi Ilmu

Puisi atau sajak berjudul Cipasung ditulis Acep Zamzam Noor dalam bahasa yang indah dan mengesankan.

Selain puisi Cipasung yang masyhur dalam bahasa Indonesia itu, Acep Zamzam Noor juga menuliskannya dalam bahasa Sunda.

Berikut ini puisi atau sajak berjudul 'Cipasung'.

Cipasung

Di lengkung alis matamu sawah-sawah menguning

Seperti rambutku padi-padi semakin merundukkan diri

Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu

Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental

Baca Juga: Wafatnya Ulama Tanda Allah Mencabut Ilmu dari Bumi Kata Gus Mus

Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup

Dan surauku terbakar kesunyian yang dinyalakan rindu

Aku semakin mendekat pada kepunahan yang disimpan bumi

Pada lahan-lahan kepedihan masih kutanam bijian hari

Segala tumbuhan dan pohonan membuahkan pahala segar

Bagi pagar-pagar bambu yang dibangun keimananku

Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan

Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnianmu

Hari esok adalah perjalananku sebagai petani

Baca Juga: Pengakuan Gus Mus atas Kewalian KH Zainal Abidin Munawwir Krapyak Yogyakarta

Membuka ladang-ladang amal dalam belantara yang pekat

Pahamilah jalan ketiadaan yang semakin ada ini

Dunia telah lama kutimbang dan berulang kuhancurkan

Tanpa ketam masih ingin kupanen kesabaranmu yang lain

Atas sajadah lumpur aku tersungkur dan terkubur.

Kemudian, Acep Zamzam Noor juga menuliskan sajak berjudul Cipasung yang termaktub dalam buku kumpulan puisinya berbahasa Sunda yang berjudul Dayeuh Matapoé (1993).

Cipasung

Ciibun na tonggong daun
Hiliwir angin ngusapan pipi kembang
Sésa hujan peuting ngagenclang di buruan
Lembur kulawu dipulas halimun ipis
Dalingdingna hawa gunung, jungjunan
Nungtun léngkah mulang ka pangkonan salira

Baca Juga: Umat Bingung Banyak Ustadz Tak Cerminkan Nilai Islam, Begini Saran Gus Mus

Di tonggoh pasir ngémploh kénéh
Kiara jeung campaka can muguran deui
Upami langit angkeub lebah tutugan mangsa
Buntelan méga bakal bedah ku geter katresna
Kuring sujud jeung sumegruk, jungjunan
Ngamparkeun cimata jadi sajadah tan watesan.***

Editor: Amrullah

Tags

Terkini

Terpopuler