Manaqib Tongkat Syaikhona Kholil, Puisi KH Zawawi Imron yang Paling Bersejarah yang Dibaca Saat 1 Abad NU

12 Februari 2023, 08:54 WIB
Manaqib Tongkat Syaikhona Kholil, Puisi KH Zawawi Imron yang Mengguncang 1 Abad NU di Sidoarjo /youtube @nuo/

BUDAYA - Manaqib Tongkat Syaikhona Kholil, Puisi KH Zawawi Imron yang Paling Bersejarah yang Dibaca Saat 1 Abad NU.

Resepsi puncak 1 abad Nahdlatul Ulama (NU) menghadirkan jutaan fenomena yang penuh nuansa dan penuh makna. 

Salah satunya tampilan puisi KH Zawawi Imron yang mengenang tonggak penting atas berdirinya NU.

Baca Juga: PBNU Tolak Khilafah, Hasil Muktamar Internasional Fiqih Peradaban yang Dibaca Gus Mus dan Yenny Wahid

Tonggak penting itu adalah tongkat Syaikhona Kholil Bangkalan yang diberikan kepada Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy'ari Tebuireng. 

Kh Zawawi Imron membacakan puisi ini di atas podium Stadion Delta Sidoarjo, 7 Februari 2023, selepas usai acara bersama Presiden Joko Widodo.

Berikut ini Manaqib Tongkat Syaikhona Kholil, Puisi KH Zawawi Imron yang Paling Bersejarah yang Dibaca Saat 1 Abad NU.

Manaqib Tongkat Syaikhona Kholil

Bismillah tentang sebuah tongkat
Yang dikirimkan Syaikhona Kholil lewat KH Raden As'ad Syamsul Arifin kepada Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari

Baca Juga: 3 Peristiwa Besar Jadi Pemicu Kelahiran Nahdlatul Ulama, Termasuk Jatuhnya Makkah Madinah di Tangan Wahabi

Tongkat yang bukan hanya sebuah tongkat
Tapi tongkat yang menyimpan amanah dan makna
Tongkat yang akan menjadi tanda dan tonggak pada zaman
Bahwa kegelapan yang gulita di bumi Nusantara membutuhkan iradah, gerak dan kebangkitan
Bahwa umat dan rakyat membutuhkan cahaya yang disuluhkan oleh para ulama
Suluh keadilan, suluh peradaban dan suluh kebenaran

Lalu tongkat Syaikhona Kholil menandai kebangkitan para ulama
Maka pada tahun 1926 berdirinya jam'iyah Nahdlatul Ulama
Maka memancarlah cahaya Ahlussunnah Wal Jamaah di bumi Nusantara Indonesia

Kenapa bintang jumlahnya banyak
Yang sembilan terang sekali
Kenapa kita ikut ulama
Karena ulama ahli waris nabi

Kegelapan di alam penjajahan disingkirkan dengan doa dan ketakwaan
Catatlah dengan tinta madu sari cempaka, setelah Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945, Belanda datang lagi untuk menjajah dan mengkocar-kacirkan perjuangan kemerdekaan

Baca Juga: 32 Pondok Pesantren di Jawa Timur Raih Penghargaan PBNU, Pesantren Mojosari Nganjuk Ternyata yang Tertua

Tongkat Syaikhona Kholil tegak kembali menjelma fatwa Resolusi Jihad yang dicanangkan oleh KH Hasyim Asy'ari
Bahwa angkat senjata mengusir penjajah adalah wajib hukumnya dan siapa yang gugur dalam perang melawan Belanda adalah kusuma bangsa yang sahid di jalan Allah

Maka ketika Belanda menyerang Surabaya, kaum santri, tentara, para buruh, tukang becak, penjual sate, petani dan semua menyerbu ke medan perang untuk mengusir penjajah, si angkara murka
Dengan fatwa Resolusi Jihad, peluru musuh jadi kecil, mitraliur jadi kecil, tank dan bom musuh jadi kecil, Allahu Akbar.
Hanya Allah yang Maha Besar
Maka itulah hari sakti 10 November Hari Pahlawan

Pagi ini kita menyongsong 100 tahun Nahdlatul Ulama
Kita sujudkan dahi ke bumi, kita sujudkan hati kepada Illahi
Kita kenang jasa Syaikhona Kholil, Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri dan semua pahlawan yang namanya harum karena berjasa kepada bangsa dan Tanah Air.

Demikian Manaqib Tongkat Syaikhona Kholil, Puisi KH Zawawi Imron yang Mengguncang 1 Abad NU di Sidoarjo.***

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler