Amplop-amplop menguasai penguasa
dan mengendalikan orang-orang biasa
Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan
mencairkan dan membekukan
mengganjal dan melicinkan
Orang bicara bisa bisu
Orang mendengar bisa tuli
Orang alim bisa napsu
Orang sakti bisa mati
Di negeri amplop
amplop-amplop mengamplopi
apa saja dan siapa saja
A. Mustofa Bisri (Pahlawan dan Tikus, 2005).
Itulah puisi Gus Mus yang melukiskan kegetiran Indonesia karena wabah korupsi. Daftar koruptor terus bertambah, menghinakan dan menistakan Indonesia.***