Puisi Gus Mus yang Melukiskan Kegetiran Indonesia Karena Korupsi, Baca dan Resapi Maknanya

- 11 Maret 2022, 09:01 WIB
Puisi Gus Mus yang Melukiskan Kegetiran Indonesia Karena Korupsi
Puisi Gus Mus yang Melukiskan Kegetiran Indonesia Karena Korupsi /instagram @s.kakung/

BERITA BANTUL - KH A Mustofa Bisri atau biasa disapa Gus Mus adalah ulama kharismatik yang tidak segan memberi kritik.

Pemberantasan korupsi menjadi salah satu sasaran kritik Gus Mus. Beberapa kali, kiai asal Rembang Jawa Tengah itu bersuara menunjukkan kegelisahannya terhadap korupsi.

Tetapi, kritik Gus Mus bukanlah kiritik biasa. Gus Mus mengkritik korupsi melalui gubahan puisi. Kata-kata Gus Mus dalam kritik korupsi bergelimang makna.

Baca Juga: Puisi Gus Mus yang Menggetarkan Iwan Fals, Bahkan Sampai Menjadi Lagu yang Fenomenal

Tahun 2005, Gus Mus menulis puisi “Di Negeri Amplop.” Amplop dalam puisi Gus Mus menjadi simbol gamblang atas keberlangsungan korupsi di Indonesia.

Berikut beritabantul.com kutip puisi “Di Negeri Amplop” dari buku 'Pahlawan dan Tikus' yang terbit tahun 2005 karya Gus Mus.

DI NEGERI AMPLOP

Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu
Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi rapi-rapi
David Copperfield dan Houdini bersembunyi rendah diri
Entah andaikata Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya

Amplop-amplop di negeri amplop
mengatur dengan teratur
hal-hal yang tak teratur menjadi teratur
hal-hal yang teratur menjadi tak teratur
memutuskan putusan yang tak putus
membatalkan putusan yang sudah putus

Baca Juga: Gus Mus: Awas, Anakmu Bermain di Pinggir Neraka, Kok Malah Tenang-tenang Saja!

Amplop-amplop menguasai penguasa
dan mengendalikan orang-orang biasa
Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan
mencairkan dan membekukan
mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu
Orang mendengar bisa tuli
Orang alim bisa napsu
Orang sakti bisa mati

Di negeri amplop
amplop-amplop mengamplopi
apa saja dan siapa saja

A. Mustofa Bisri (Pahlawan dan Tikus, 2005).

Itulah puisi Gus Mus yang melukiskan kegetiran Indonesia karena wabah korupsi. Daftar koruptor terus bertambah, menghinakan dan menistakan Indonesia.***

Editor: Ahmad Amnan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah