Puisi Karya Taufiq Ismail 'Sembilan Burung Camar Tuan Yusuf' Baca dan Resapi Maknanya

- 25 Mei 2022, 12:30 WIB
Puisi Karya Taufiq Ismail 'Sembilan Burung Camar Tuan Yusuf' Baca dan Resapi Maknanya
Puisi Karya Taufiq Ismail 'Sembilan Burung Camar Tuan Yusuf' Baca dan Resapi Maknanya /facebook/udin/

Dengar angin bertiup di Faure waktu itu
mungkin dari dua samudera yang bersalam-salaman
di tanjung paling ujung
mungkin juga suhu dingin dari Kutub Selatan.

Lihat dedaunan musim rontok pada dedahanan
mengitari teluk bermerahan
yang berbisik-bisik menyanyi ketika warna ganti berganti.

Baca Juga: Puisi Karya Taufiq Ismail, Malu 'Aku' Jadi Orang Indonesia, Lengkap Bagian 1 Sampai 4

Dapatkah kita membayangkan
Tuan Yusuf
seorang sufi yang cendekia
zikir membalut tubuhnya karangan mengalir
melalui kalam terbuat dari sembilu bambu
dengan dawat berwarna merah dan hitam jadi buku
dalam tiga bahasa

Lantas fantasikan tulang-belulang seorang pemberani
tersusun dalam peti
berlayar lebih 10.000 kilometer lewat dua samudera
suara angin dari barat menampar-nampar tujuh layar
di pesisir Celebes buang jangkar
lalu orang-orang bertangisan menurunkan Tuan Yusuf penuh hormat
ke dalam bumi Lakiung dekat tempat
ibunya Aminah bertumpah darah melahirkannya.

Baca Juga: Puisi Tentang Kehidupan 'Sajak Sebotol Bir, Karya Ws Rendra

Wahai sukarnya bagiku mereka-reka garis wajahmu
ya Syekh
karena rupa tuan tidak direkam dalam fotografi abad ini
tidak juga dibuatkan lukisan pesanan pemerintah
dalam potret cat akrilik lima warna
namun kubayangkan sajalah kira-kira
wajah seorang sangat jantan, 65, bermata tajam,
bernafas ikhlas berjanggut tipis bersuara dalam bertubuh langsing
berbahasa fasih Makasar Bugis Arab Belanda dan Melayu.

Orang-orang Tanah Rendah itu takut pada Tuan.
Dan sebenarnya di lubuk hati Gubernur
dan manajer-manajer maskapai dagang VOC
yang gemar menyalakan meriam dan mesiu itu
mereka kagum pada Tuan.
Tapi mereka mesti membuang Tuan ke Batavia, Ceylon,
lalu 10.000 kilometer ke benua ini
karena mereka tak mau tergaduh dalam pengumpulan uang emas
disusun rapi dalam peti-peti terbuat dari kayu jati dengan bingkai besi
begitu kubaca catatan mereka.

Baca Juga: Puisi Tentang Cinta 'Sia Sia' Karya Chairil Anwar, Baca dan Resapi Bagaimana Kesepian Merasuk Pada Dirimu

Apa format dan fisiologi kecendekiaan dan kejantananmu ya Syekh?

Halaman:

Editor: Ahmad Lailatus Sibyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah