BUDAYA - Berikut ini adalah puisi berjudul Cipasung karya sastrawan besar Sunda, yakni Acep Zamzam Noor Tasikmalaya.
Puisi berjudul Cipasung melukiskan keindahan Cipasung yang indah, diksi yang dihadirkan melahirkan makna yang dalam.
Acep Zamzam Noor adalah putra ulama besar Indonesia, yakni KH Muhammad Ilyas Ruhiat Cipasung Tasikmalaya.
Baca Juga: Kisah Ajengan Abun Bunyamin Ruhiat, Sosok Pecinta dan Pengabdi Ilmu
Puisi atau sajak berjudul Cipasung ditulis Acep Zamzam Noor dalam bahasa yang indah dan mengesankan.
Selain puisi Cipasung yang masyhur dalam bahasa Indonesia itu, Acep Zamzam Noor juga menuliskannya dalam bahasa Sunda.
Berikut ini puisi atau sajak berjudul 'Cipasung'.
Cipasung
Di lengkung alis matamu sawah-sawah menguning
Seperti rambutku padi-padi semakin merundukkan diri
Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu
Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental
Baca Juga: Wafatnya Ulama Tanda Allah Mencabut Ilmu dari Bumi Kata Gus Mus
Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup
Dan surauku terbakar kesunyian yang dinyalakan rindu
Aku semakin mendekat pada kepunahan yang disimpan bumi
Pada lahan-lahan kepedihan masih kutanam bijian hari
Segala tumbuhan dan pohonan membuahkan pahala segar
Bagi pagar-pagar bambu yang dibangun keimananku
Mendekatlah padaku dan dengarkan kasidah ikan-ikan
Kini hatiku kolam yang menyimpan kemurnianmu
Hari esok adalah perjalananku sebagai petani
Baca Juga: Pengakuan Gus Mus atas Kewalian KH Zainal Abidin Munawwir Krapyak Yogyakarta
Membuka ladang-ladang amal dalam belantara yang pekat
Pahamilah jalan ketiadaan yang semakin ada ini
Dunia telah lama kutimbang dan berulang kuhancurkan
Tanpa ketam masih ingin kupanen kesabaranmu yang lain
Atas sajadah lumpur aku tersungkur dan terkubur.
Kemudian, Acep Zamzam Noor juga menuliskan sajak berjudul Cipasung yang termaktub dalam buku kumpulan puisinya berbahasa Sunda yang berjudul Dayeuh Matapoé (1993).
Cipasung
Ciibun na tonggong daun
Hiliwir angin ngusapan pipi kembang
Sésa hujan peuting ngagenclang di buruan
Lembur kulawu dipulas halimun ipis
Dalingdingna hawa gunung, jungjunan
Nungtun léngkah mulang ka pangkonan salira
Baca Juga: Umat Bingung Banyak Ustadz Tak Cerminkan Nilai Islam, Begini Saran Gus Mus
Di tonggoh pasir ngémploh kénéh
Kiara jeung campaka can muguran deui
Upami langit angkeub lebah tutugan mangsa
Buntelan méga bakal bedah ku geter katresna
Kuring sujud jeung sumegruk, jungjunan
Ngamparkeun cimata jadi sajadah tan watesan.***