Preman tadi akhirnya berpamitan pulang, malahan pada saat preman tadi berpamitan, Gus Maksum memberi amplop, sontak preman tadi menolak.
Tapi Gus Maksum berkata:
"Tulung niki di tampi damel gantos sangu njenengan mriki wau" (Tolong ini diterima untuk menganti uang yang digunakan kesini)
Baca Juga: Cara Indah Gus Miek Mendidik Puasa dan Shalat Tukang Becak
Akhirnya preman itu pulang, di tengah jalan preman tadi bercakap dengan anak buahnya.
"Lha umpomo wong iku mau tak bedil ndase, kiro-koro gak mbalik nang aku a plurune?" (semisal orang tadi tak tembak kepalanya, pelurunya kira-kira ngak bakal kembali ke saya?)
"Koe maeng lak wes tak kandani si, ojok grusah grusuh disek engkok!" (kamu tadi kan sudah saya bilangin, jangan terburu-buru emosi nati!!!), kata anak buahnya.
Kisah penuh hikmah dan jadi bukti bahwa sosok Gus Maksum bukanlah kiai yang menakutkan.
Kesaktian yang masyhur dan melekat dalam dirinya justru dihadirkan sebagai perwujudan kasih sayang ajaran Islam kepada siapapun, termasuk para preman.
Baca Juga: Karomah Kiai Hamid Menembus Langit Arab, Waliyullah Jeddah Buka Rahasia