Menangis Hutang Jatuh Tempo, Kisah Santri Rasakan Karomah Kiai Hamid Pasuruan

- 20 April 2022, 18:49 WIB
Karomah Kiai Hamid Pasuruan
Karomah Kiai Hamid Pasuruan /facebook/udin/

BERITA BANTUL - Keteladanan hidup Kiai Hamid Pasuruan sangat mengesankan di hati santri dan masyarakat. 

Sebagian merasakan secara nyata atas karomah Kiai Hamid, bahkan tidak sedikit kiai dan habaib memberikan kesaksian langsung.

Semasa hidupnya, Kiai Hamid Pasuruan selalu jadi rujukan umat atas berbagai persoalan, bahkan persoalan dililit hutang sekalipun. 

Baca Juga: Habib Luthfi Wali Besar Indonesia, Pengakuan Sayyid Muhammad Al-Maliki Makkah

Kiai Hamid Pasuruan dikenal luas kewalian dan karomahnya. Bahkan Habib Abdul Qadir Assegaf Jeddah yang masyhur sebagai wali qutub memuji keistimewaan Kiai Hamid. 

Habib Taufiq Assegaf Pasuruan yang juga Rabithah Alawiyah juga sering memuji sosok Kiai Hamid Pasuruan yang disebutnya punya akhlak yang luar biasa.

 

Kisah karomah Kiai Hamid ini menjadi pelajaran hidup sangat berharga bagi santri dan masyarakat.

Berikut ini beberapa kisah yang sangat menggugah hati kita semua terkait karomah Kiai Hamid Pasuruan.

Baca Juga: Manaqib Abah Guru Sekumpul: Tidak Tidur di Malam Jum'at, Sering Bertemu Nabi dan Para Wali

Tahu sebelum dikasih tahu

Kiai Hamid dianugrahi mengetahui apa yang ada di benak orang. Misykat misalnya, dia sering tertebak apa yang ada dibenaknya.

"Beliau tahu apa maunya orang," katanya. "Saya kalau ada apa-apa belum bilang beliau sudah menjawab".

Hal yang sama dialami Gus Shobich Ubay, Ahmad Afandi, Syamsul Huda, Gus Hadi Ahmad, dll. Rata-rata mereka punya pengalaman, sebelum sempat mengadu, diberi jawaban terlebih dahulu.

Said Amdad Pasuruan, dulunya tidak percaya pada wali. Dia orang rasional.Mendengar kewalian Kiai Hamid yang tersohor kemana-mana, dia jadi penasaran.

Baca Juga: Manaqib Abah Guru Sekumpul: Kisah Racun Mematikan dan Fitnah yang Mengerikan Dikirim ke Martapura

Suatu kali ia ingin mengetes, "Saya ingin diberi makan Kiai hamid. Coba dia tahu apa tidak" katanya dalam hati ketika pulang dari Surabaya.

Setiba di Pasuruan dia langsung ke pondok Salafiyah, pesantrennya Kiai Hamid.

Waktu itu pas mau jamaah sholat isya' usai sholat isya ia tidak langsung keluar, membaca wirid dulu. Sekitar pukul 20.30 WIB, jamaah sudah pulang semua. Lampu teras rumah Kiai Hamid pun sudah dipadamkan.

Dia melangkah keluar, Dia melihat orang melambaikan tangan dari rumah Kiai Hamid. Dia pun menghampiri. Ternyata yang melambaikan tangan adalah tuan rumah alias Kiai Hamid.

"Makan di sini ya," kata beliau.

Baca Juga: Gus Dur Dibentak Istri Protokol Istana, Kisah Lucu dan Menggemaskan

Di ruang tengah hidangan sudah ditata. "Maaf ya, lauknya seadanya saja. Sampeyan tidak bilang dulu sih" kata Kiai Hamid dengan ramahnya.

Said merasa disindir, sejak itu dia percaya Kiai hamid adalah seorang wali.

Kambing Mau Datang, Kiai Hamid Tahu.

Kiai Hamid adalah seorang yang kasyaf. Berkat kasyaf-nya atau kemampuan clairvoyance ini, beliau bisa mengetahui apa yang akan terjadi. Suatu kali Misykat di beri pisang oleh Kiai Hamid.

"Ini makan, kulitnya kasihkan kambing" katanya.

Padahal tidak ada kambing, ya kulitnya dia buang. Habis ashar dia dipanggil.

"Mana kulit pisangnya?" tanyanya.

Baca Juga: Kiai Sakti Probolinggo yang Membuat Gus Dur Tertawa Saat Pimpin Rapat, Ini Kisah Uniknya

"Saya buang, Yai" jawabnya.

"Lho, disuruh kasihkan kambing kambing tapi kok di buang" kata Kiai Hamid. Ternyata tidak lama kemudian ada orang mengantar kambing.

Pada kali yang lain Misykat disuruh menyediakan lauk daging ayam.

"Bilang sama Nyai, Yai ingin makan ayam" katanya.

"Tidak ada daging ayam besok aja kita motong," kata Nyai.

Lepas maghrib misykat dipanggil lagi.

"Lihat di atas meja itu kan daging ayam" kata beliau. Ternyata betul diatas meja ada daging ayam yang baru saja diantar orang.

Baca Juga: Zuhud Mbah Abdul Karim Lirboyo, Tidak Tahu Nominal Uang, Tidak Pernah Lihat Jumlah Salam Tempel

Tiba-tiba ada yang pulang

Suatu malam beliau pergi ke Madura bersama keluarga dalam satu mobil. Beliau, Nyai Nafisah dan Gus Idris. Sampai di pelabuhan Tanjung Perak, ternyata sudah 15 mobil yang antri.

Sementara kapal yang hendak mengangkut mereka belum datang, Kapal tersebut adalah kapal terakhir dalam jadwal hari itu. Padahal satu kapal hanya bisa memuat 15 mobil.

Kiai Hamid menyuruh kang Said, sopir, tetap disitu. Eh, tahu-tahu mobil di depannya memutar balik, mungkin tak sabar menunggu atau apa.

Masih cerita Gus Idris, Mahfuzh Hafizh Surabaya mau pergi haji. Oleh Kiai Hamid ia dibekali 3 biji kurma. Disuruh menanam di Makkah.

Sebelum berangkat, temannya di Jakarta yang juga mau berangkat ke Makkah, memaksa minta satu biji kurma tadi. Terpaksa diberikan.

Baca Juga: Habib Luthfi Kisahkan Jasad Kuli Angkut Sangat Harum Setelah 9 Tahun Meninggal, Ternyata Ini Rahasianya

Di Makkah mahfuzh mendapat musibah, ayah dan adiknya meninggal dunia.

Sedangkan dari rombongan temannya dari Jakarta tadi. Ada seorang yang wafat di tanah suci.

Santri Punya Hutang Jatuh Tempo Buktikan Karomah Kiai Hamid Pasuruan

Asmawi gundah gulana. Ia harus membayar hutang yang jatuh tempo. Jumlahnya Rp. 300.000,- jumlah itu sangat besar untuk ukuran waktu itu. Hutang itu buat pembangunan masjid.

Asmawi sempat menangis saking sedihnya. Darimana ia bisa memperoleh uang sebanyak itu? Pikirannya jadi buntu. Dia melapor ke Kiai Hamid.

"Laopo nangis sik onok yai, (mengapa menangis masih ada kiai)" beliau menghibur.

Baca Juga: Uang Mengeluarkan Darah Saat Dipegang Abah Guru Sekumpul, Ternyata Ini Fakta Dahsyat Dibaliknya

Lalu Kiai menyuruh menggoyang-goyangkan pohon kelengkeng di depan rumah beliau. Daun-daun yang berguguran disuruh ambil, diserahkan kepada Kiai Hamid.

Beliau meletakan tangannya dibelakang tubuh, terus memasukannya ke saku.

Begitu dikeluarkan ternyata daun-daun di tangannya berubah menjadi uang kertas.

Beliau menyuruh Asmawi menggoyang pohon kelengkeng satunya lagi. Daunnya diambil, terus tangan beliau dibawa kebelakang tubuh (punggung) lalu dimasukkkan ke saku dan daun-daunnya sudah menjadi uang kertas.

Setelah dihitung ternyata jumlahnya Rp 225.000,- Alhamdulilah masih kurang Rp. 75.000,-

Tak disangka, tiba-tiba ada tamu datang memberi bisyarah kepada Kiai Hamid sejumlah Rp. 75.000,-. Jadi, pas sesuai kebutuhan santrinya.

Baca Juga: Tersingkapnya Kewalian Gus Dur Saat Beli Durian, Penjualnya Langsung Teriak Menangis

Demikian kisah karomah Kiai Hamid Pasuruan, semoga manfaat.

Kisah-kisah ini dikutip dari buku Biografi KH Abdul Hamid Pasuruan.***

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x