Baca Juga: Hormatilah dan Cintailah Istrimu, Gus Baha: Dialah yang Menyelamatkanmu dari Zina
Imam Malik pun menjawab bahwa dulu ada, yaitu Imam Abu Hanifah, namun sudah wafat, dan masih ada muridnya, yaitu Muhammad bin Hasan Al Syaibani. Imam Al Syafi’i pun mendatangi Al Syaibani.
Al Syaibani kalau menghitung emas atau uang itu di ruang tamu. Imam Al Syafi’i (yang menyaksikan hal itu) mengelus dada dan membatin, mengapa orang sealim itu kok suka duniawi.
Akan tetapi, Al Syaibani mempunyai alasan yang logis. Menurutnya, kalau orang saleh tidak boleh punya uang, tidak boleh kaya, maka akan kacau kalau uang ini dikasihkan kepada tukang dugem atau penjudi.
“Uang itu kalau dipakai oleh orang fasik malah jadinya kacau,” tutur Gus Baha.
Baca Juga: Orang Bilang Poligami Itu Meniru Nabi, Gus Baha: Tidak Usah Bawa-Bawa Sunnah Rasul
Akhirnya Imam Al Syafi’i sadar, bahwa kalau orang saleh itu miskin sementara orang fasik itu kaya, berarti ada syaukatuddzalim ‘alas shalih.
“Seperti apa bahayanya itu,” ungkap Gus Baha.
“Semenjak itu,” kata Gus Baha, “Imam Al Syafi’i itu fatwanya berlebihan, bahwa orang Islam yang bisa kaya namun miskin itu haram.”
“Ibaratnya, bisa beli Alphard kok malah beli Carry tua itu haram,” kelakar Gus Baha.