BERITA BANTUL - Berakhirnya perang dingin dan bubarnya Uni Soviet pada tahun 1990, menempatkan AS sebagai satu satunya negara adidaya.
Hanya kurang dari 30 tahun, Republik Rakyat China (RRC) mampu mempersempit kesenjangan ekonomi, teknologi dan militer dengan AS.
RRC kemudian tampil sebagai negara adidaya baru menjadi pesaing AS.
Demikian ditegaskan mantan wakil Ketua Badan Intelegen Negara (BIN) As'ad Said Ali dalam status fecebooknya, 11 Maret 2022.
"Presiden AS ,Donald Trump menyadari munculnya lawan baru yakni RRC dengan strategy OBOR (One Bridge One Road). Trump mendeklarasikan “ American First“ yang kemudian mengakibatkan terjadinya perang dagang antar kedua negara tersebut hingga saat ini. Untuk keperluan itu pula, Trump menjalin hubungan baik dengan Rusia," tegas As'ad sebagaimana dikutip BeritaBantul.com, 12 Maret 2022.
Berbeda dengan Trump, lanjut As'ad, Presiden J. Biden mengambil jarak dalam hubungan dengan Rusia.
"Perubahan sikap AS tersebut lebih didasarkan pada subyektivitas atas keberpihakan Rusia yang lebih mendukung calon presiden dari Partai Republik dalam dua pemilihan presiden pada 2016 dan 2020," tegas As'ad yang pernah jadi wakil Ketua Umum PBNU 2010-2015.
Menurutnya, AS menandingi perluasan pengaruh RRC. Misalnya mengimbangi langkah RRC membangun pelabuhan laut di samudera Hindia (Gwadar, Pakistan) dalam konteks OBOR guna menghubungkan antara RRC, Afganistan, Asia Tengah dengan Pakistan (akses ke Samudera Hindia).