Kontroversi Qatar Tegas Tolak Kampanye LGBT di Piala Dunia 2022, Ini Pandangan Gus Hilmy

- 25 November 2022, 14:24 WIB
Kontroversi Qatar Tegas Tolak Kampanye LGBT di Piala Dunia 2022, Ini Pandangan Gus Hilmy
Kontroversi Qatar Tegas Tolak Kampanye LGBT di Piala Dunia 2022, Ini Pandangan Gus Hilmy /beritabantul/

INTERNASIONAL - Kontroversi Qatar Tegas Tolak Kampanye LGBT di Piala Dunia 2022, Ini Pandangan Gus Hilmy.

Sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar telah melarang penggunaan simbol tentang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). 

Karena sikap Qatar itu, banyak negara memberikan kecaman, khususnya negara-negara dari Eropa.

Baca Juga: Menurut Gus Baha, Islam Itu Tidak Hanya Butuh Orang Saleh seperti Abu Bakar tetapi juga Jagoan seperti Umar

Sejak awal kick off, gelaran piala dunia menuai beberapa kontroversi, di antaranya adalah larangan kampanye tentang LGBT.

Mereka menganggap Qatar tak siap sebagai penyelenggara sepak bola global dan menuduh tak punya rasa toleransi.

Menanggapi kontroversi itu, Katib Syuriah PBNU Dr KH Hilmy Muhammad, mendukung sikap Qatar yang tetap menjaga kedaulatan hukum di negaranya.

Gus Hilmy, sapaannya, menilai bahwa setiap orang yang datang ke suatu negara, sudah semestinya menghormati hukum di negara tersebut. Terlebih peserta piala dunia adalah delegasi resmi dari setiap negara yang hadir.

“Sikap Qatar sangat tegas dan harus didukung. Tidak ada kehormatan bagi suatu negara kecuali mempertahankan kedaulatannya, termasuk dalam wilayah hukum. Itu tidak boleh diintervensi," kata Gus Hilmy yang juga anggota DPD RI, Kamis 24 November 2022.

Baca Juga: 9 Pedoman Berpolitik Warga NU Hasil Muktamar Yogyakarta Tahun 1989, Tidak Boleh Memecahbelah Persatuan

Menurutnya, kalau hukum di sana melarang LGBT, siapa pun yang datang sebagai tamu harus mau menghormatinya.

"Terlebih sebagai delegasi resmi negara, peserta piala dunia semestinya menghormati hukum yang berlaku di Qatar,” kata Gus Hilmy.

Lebih lanjut, Gus Hilmy mengatakan bahwa sikap menyerang Qatar dengan mengatakan intoleran perlu disayangkan. Menurutnya, intoleran diterapkan pada konteks ideologi, bukan pada hukum suatu negara.

“Hukum itu kan pedoman, yang melanggar akan dihukum. Berbeda dengan ideologi atau pemikiran, yang bisa saja setiap orang berbeda-beda, meskipun masih dalam satu wilayah hukum. Tidak mau menerima atau menghormati pendapat orang lain bisa disebut intoleran," tegasnya.

Baca Juga: Gus Baha Ceritakan Kisah Amr bin Ash yang Diprotes oleh Seseorang namun Dibela oleh Umar bin Khatthab

Namun, lanjutnya, ketika ideologi itu telah dijadikan hukum, semua orang dalam satu wilayah hukum atau negara itu harus patuh, termasuk pendatang atau tamu.

"Justru yang tidak menghormati hukum suatu negara itulah yang intoleran,” jelas pria yang juga anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI.

Gus Hilmy mencontohkan kasus WNA yang dihukum karena terlibat dalam pengedaran ganja. Di negara asal WNA tersebut, ganja memang sudah dilegalkan, tetapi ketika masuk ke Indonesia, maka ia berhadap dengan hukum kita.

Terkait kesiapan penyelenggaraan piala dunia, Katib Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut menilai tidak ada masalah. Semua kebutuhan dan fasilitas telah disiapkan dengan baik.

“Kita semua sudah melihat, ya. Kita tidak meragukan kesiapan Qatar dalam penyelenggaraan sepak bola internasional itu. Berbagai fasilitas telah disiapkan untuk menjamu dan memfasilitasi peserta turnamen maupun suporternya," katanya.

Baca Juga: Gus Baha Jelaskan Bahayanya Orang Khawarij, Orang Kafir Masih lebih Baik daripada Mereka

"Tetapi kalau maksudnya adalah kembali pada kampanye LGBT, saya kira itu bagian dari sikap kolonialisme. Merasa superior dan lebih berperadaban dengan melegalkan LGBT, sementara yang menolak dianggap tidak beradab. Persis sikap penjajah,” pungkas Gus Hilmy.***

Editor: Amrullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x