BERITA BANTUL - Nabi Muhammad adalah sosok Nabi yang terus menerus berupaya memposisikan diri sebagai seorang “hamba”.
Salah satu alasan utamanya barangkali adalah beliau disebut sebagai seorang hamba, abdun, saat menjadi manusia paripurna, insān kāmil.
Yakni saat ia melakukan perjalan ke Baitul Maqdis, lalu melesat ke Sidratul Muntahā memenuhi penggilan Tuhannya.
Baca Juga: Rasulullah Sering Bermain dengan Hasan dan Husein yang Masih Kecil, Dalil Mencintai Anak-Anak
Sebagaimana dikutip Beritabantul.com dari Facebook KH. Abdul Ghofur Maimoen, putra KH. Maimoen Zubair tersebut menjelaskan sebagai berikut.
Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia mengatakan, Jibril (turun) kepada Nabi Saw. dan duduk bersamanya.
Ia (Nabi Muhammad Saw.) lalu melihat ke arah langit, ternyata di sana ada seorang malaikat.
Kata Jibril, “malaikat ini tidak pernah turun sejak hari ia diciptakan.” Ketika telah turun, ia mengatakan, “Wahai Muhammad, Tuhanmu mengutusku kepadamu (untuk menawarkan) apakah Dia menjadikanmu sebagai seorang raja ataukah seorang hamba yang rasul.”