Kematian Gus Dur Begitu Fenomenal, Begini Alasannya dari Perspektif Sufisme

- 9 Desember 2022, 21:36 WIB
Kematian Gus Dur begitu fenomenal, mengapa?
Kematian Gus Dur begitu fenomenal, mengapa? /Tangkap layar YouTube Matahatipemuda/Diolah Berita Bantul/

BERITA BANTUL – Kematian Gus Dur begitu fenomenal. Begini alasannya dari perspektif sufisme.

Gus Dur, selain sebagai mantan presiden di negeri ini, juga seorang ulama dan cendekiawan.

Gagasan-gagasannya pun banyak menginspirasi masyarakat lintas agama di Indonesia.

Yang paling tampak dari gagasannya adalah mencintai manusia sehingga mengantarkannya pada gelar Bapak Pluralisme Indonesia.

Baca Juga: Gus Dur Itu Tak Sekadar Mewacanakan Pluralisme tetapi Mengamalkannya; Dia Mengasihi Umat Manusia

Haul (peringatan kematian) Gus Dur diselenggarakan di mana-mana, di banyak tempat di negeri ini.

Tempat peristirahatan abadinya di Tebuireng, Jombang, diziarahi ribuan orang setiap hari.

Para peziarah pun bukan hanya dari masyarakat muslim, melainkan juga dari berbagai umat beragama dan kepercayaan.

Mereka semua mencintai Gus Dur, baik saat masih ada maupun sesudah tiada. Mereka mendoakannya.

Baca Juga: Gus Dur Rela Menanggung Luka yang Ditorehkan oleh Mereka yang Membenci, Siapakah Mereka Itu?

Masih saja ada yang bertanya, “Mengapa kematian Gus Dur begitu fenomenal?”

Dalam perspektif sufisme, meski boleh jadi banyak orang yang tak setuju dan menganggapnya berlebihan, berikut ini adalah jawabannya.

Kematian Gus Dur begitu fenomenal itu karena memang Gus Dur mencintai manusia, makhluk Tuhan yang paling dihormati-Nya.

Mencintai manusia pada hakikatnya mencintai Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan pun mencintainya.

Baca Juga: Tarekat Apa yang Diamalkan Gus Dur? Beginilah Jalan Spiritual yang Ditempuhnya

Jika Tuhan mencintai hamba-Nya, maka bukan hanya makhluk-Nya di bumi yang mencitainya, makhluk-Nya di langit pun turut mencintainya pula.

Disebutkan kata-kata Tuhan dalam bahasa Nabi Muhammad saw. (Hadis Qudsi):

إِنَّ اللهَ اِذَا اَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيْلَ .فَقَالَ إِنِّى أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيْلُ. ثُمَّ يُنَادِى مَنْ فِى السَّمَاءِ فَيَقُوْلُ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوْهُ فَيُحِبُّهُ اَهْلُ السَّمَاءِ قَالَ فَيُوْضَعُ لَهُ الْقَبُوْلُ فِى الْاَرْضِ.

Sungguh, jika Tuhan mencintai hamba-Nya, Dia memanggil Jibril. Tuhan mengatakan, “Aku mencintai fulan, maka cintailah dia.” Lalu Jibril mencintainya. Jibril memanggil penghuni langit. Kepada mereka Jibril mengatakan, “Tuhan mencintai fulan, maka cintailah dia.” Lalu para penghuni langit mencintainya. Maka dia dicintai para penghuni bumi.

Baca Juga: Gus Dur yang Bersahaja, Jiwa yang Bergolak dan Tak Ingin Mengecewakan Mereka yang Berharap kepadanya

Semoga Allah mengampuninya, menyayanginya, dan menerangi tempat istirahatnya.

Tulisan ini dilansir dari status Facebook Husein Muhammad yang dibagikan pada 26 Desember 2019 dengan penyuntingan seperlunya tanpa mengubah esensi.***

Editor: Joko W

Sumber: Facebook


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah