BERITA BANTUL – Gus Dur itu tak sekadar mewacanakan pluralism tetapi mengamalkannya; dia mengasihi umat manusia.
Gus Dur adalah Bapak Pluralisme. Konon, Djohan Efendi, sahabat setia Gus Dur, pernah diminta Gus Dur agar jika ia kelak wafat, nisannya dituliskan “Di Sini dikubur Sang Pluralis”.
Banyak sekali orang sepakat atas predikat ini. Susilo Bambang Yudoyono, mantran Presiden Republik Indonesia, menyebut Gus Dur sebagai Bapak Pluralisme Indonesia atas gagasan-gagasan universal mengenai pentingnya menghormati perbedaan.
Gus Dur adalah orang yang selalu ingin memandang manusia, siapa pun dia dan di manapun dia berada, sebagai ciptaan Tuhan.
Baca Juga: Gus Dur Rela Menanggung Luka yang Ditorehkan oleh Mereka yang Membenci, Siapakah Mereka Itu?
Sebagaimana Tuhan menghormatinya, Gus Dur juga ingin menghormatinya. Sebagaimana Tuhan mengasihi makhluk-Nya, Gus Dur juga ingin mengasihinya.
Pepatah sufi mengatakan, “Berakhlaklah dengan akhlak Allah!”
Gus Dur tak banyak bicara soal wacana Pluralisme berikut dalil-dalil teologisnya sebagaimana kebanyakan sarjana dan aktivis Hak Asasi Manusia.
Akan tetapi, Gus Dur mengamalkan, mempraktikkan, dan memberi mereka contoh atasnya.