Memperebutkan Makna Gus Dur, Sosok Pluralis yang Dikenang Dunia hingga Lintas Agama

2 Desember 2022, 15:27 WIB
Memperebutkan makna Gus Dur /Tangkap layar YouTube Jas Hijau/Diolah Berita Bantul/

BERITA BANTUL - Memperebutkan makna Gus Dur, sosok pluralis yang dikenang dunia hingga lintas agama.

Gus Dur, nama yang akan dikenang rakyat Indonesia berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, dan bahkan untuk rentang waktu yang panjang.

Boleh jadi dia akan menjadi legenda dalam sejarah bangsa Indonesia, bangsa muslim terbesar di dunia ini.

Beberapa orang meramalkan Gus Dur untuk satu atau dua abad kemudian akan berubah menjadi pribadi yang dimitoskan.

Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan Adalah Wujud Paling Ekstrem dari Ketidakadilan Hakiki Kata Alissa Wahid Putri Gus Dur

Kuburannya akan dikunjungi banyak orang setiap hari, seperti para Wali Sanga atau para bijak bestari lain di dunia, seperti Ibn ‘Arabi, Maulana Rumi, Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, Sayyed Badawi, dan lain-lain.

Hari kematiannya akan diperingati setiap tahun (haul) yang dihadiri beribu orang dari berbagai penjuru. Mereka hadir dalam rangka mendengarkan lagi kisah hidupnya yang sarat makna kebaikan dan keteladanan, di samping sebagai tanda rasa hormat dan mendoakannya.

Mungkin hal ini oleh sebagian orang dianggap sebagai pandangan yang berlebihan, mengada-ada, atau tidak masuk akal bagi manusia yang hidup hari ini. Akan tetapi, masa depan yang panjang adalah kemungkinan-kemungkinan yang tak terpikirkan.

Manusia tak pernah tahu hari esok. Hanya Tuhan yang Mengetahinya.

Baca Juga: Lirik Lagu Manaqib Gus Dur Karya Gus Fuad Plered

Ketika pikiran-pikirannya ditulis sebagai babad, sejarah hidupnya didongengkan kepada anak-anak, dan pesan-pesannya dipahat di mana-mana, serta ketika puisi-puisinya disenandungkan di surau-surau, dia sangat mungkin menjadi sarat makna mistis, menjadi sang legenda.

Ramalan di atas bukan tanpa alasan. Tanda-tandanya telah tampak di mana-mana.

Lihatlah, hari ketika Gus Dur wafat. Puji-pujian dan kekaguman-kekaguman kepadanya mengalir begitu deras dari berbagai sudut, pojok, pusat lingkaran, dan pinggir sosial yang tak terjamah oleh tangan kekuasaan.

Mereka yang di pasar-pasar, di sawah-sawah, dan di kebun-kebun membicarakannya dan merasa ada yang hilang dari dirinya, meski tak mengenalnya dari dekat.

Baca Juga: Gus Dur dan Sastra yang Tak Terwujud; Ide untuk Novel yang Belum Sempat Ditulis

Bunga warna-warni yang wangi dan tertata rapi menyebar dan berhamburan di setiap jalan yang dilaluinya, menumpuk bagai di taman bunga, lalu sebagian daripadanya ditebarkan di atas tanah, pusara, tempat istirahatnya yang terakhir dan abadi.

Sangatlah terasa dan terlihat dengan kasat mata, pujian dan kekaguman yang disampaikan orang ketika Gus Dur pulang begitu besar, tak terbayangkan dan melampaui kematian orang besar siapa pun di negeri ini.

Ribuan orang di berbagai kota dan desa menangis tersedu-sedu, pada hari ditinggal Gus Dur dan hari-hari sesudahnya. Mereka berduka sambil komat-kamit memanjatkan doa ampunan dan rahmat baginya.

Lihatlah, ribuan para peziarah, perempuan dan laki-laki, tua, muda, dan anak-anak, dari berbagai desa dan kota datang ke tempat peristirahatan terakhirnya di Tebuireng.

Baca Juga: Puisi Gus Dur, Aku Rindu Padamu Karya KH Dr Jamal Makmur Asmani

Latar pesantren dan masjid di sana tak lagi menampungnya. Sekitar 40 ribu orang hadir di sana.

Masjid-masjid di seluruh pelosok negeri segera menyelenggarakan shalat Ghaib, membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, surah Yasin, dan Tahlil.

Mereka berdoa agar Tuhan memaafkan kesalahan dan dosanya serta memohon agar dia ditempatkan di pangkuan-Nya dalam dekapan kasih yang menghangatkan dan mengalirkan kedamaian.

Pahala bacaan-bacaan suci itu dihadiahkan atau dimohonkan kepada Tuhan untuknya. Tuhan Maha Mendengar, Maha Mengasihi, dan Maha Mengabulkan permohonan hamba-hamba-Nya.

Baca Juga: Gus Dur Menaklukkan Rumah Angker, Ternyata Ini yang Dilakukannya

Gereja-gereja mendentangkan loncengnya untuk menyelenggarakan ritual dan doa khusus bagi Gus Dur. Boleh jadi mereka juga membaca kitab suci.

Kuil-kuil, sinagoge-sinagoge, wihara-wihara, pura-pura, klenteng-klenteng, dan tempat-tempat penyembahan kepada Tuhan yang lain, apa pun namanya, juga menyelenggarakan ritual, mantra, dan doa untuknya.

Kata mereka, Gus Dur adalah orang suci, sang Santo. Ketika kaum Kristiani, umat Buddha, umat Hindu, jemaat Ahmadiyah, atau berbagai aliran kepercayaan atau yang lain ditanya tentang Gus Dur, mereka akan mengatakan ini:

“Apa yang dikatakan dan dijalani Gus Dur, itulah yang difirmankan Yesus, diajarkan Musa, dituturkan Sang Buddha, disabdakan dalam Baghawad Gita, disabdakan dalam Tripitaka, dan diceramahkan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Melalui beliau kata-kata Yesus, Musa, Buddha Gautama, Gita, dan Hazrat Mirza, menjadi hidup kembali.”

Baca Juga: Gus Dur Mengganti Uang Jamaah Haji yang Hilang, Padahal Tidak Pernah Cerita, Semua Orang Tercengang

Tulisan ini dilansir dari status Facebook Husein Muhammad yang dibagikan pada 12 Desember 2019.***

Editor: Joko W

Sumber: Facebook

Tags

Terkini

Terpopuler