Keistimewaan dan Keulamaan KH Muhammadun Kajen di Mata Para Kiai

9 Desember 2022, 14:07 WIB
Keistimewaan dan Keulamaan KH Muhammadun Kajen di Mata Para Kiai /facebook/jamal.pati/

TOKOH - Keistimewaan dan Keulamaan KH Muhammadun Kajen di Mata Para Kiai.

Mbah Madun Kajen, begitu sapaan yang dialamatkan kepada KH Muhammadun Abdul Hadi Kajen, ulama pakar ilmu fiqih dan ushul fiqih yang banyak dikagumi para kiai. 

Keulamaan Mbah Madun Kajen dibuktikan dengan banyaknya kitab-kitab rujukan utama pesantren yang dikajinya setiap saat dan juga kepakarannya dalam bahtsul masail para kiai.

Baca Juga: Keistimewaan KH Aniq Muhammadun Pati Menurut Gus Ulil

 

Dalam pengembaraan ilmunya, KH Muhammadun Kajen pernah mengaji kepada KH Mahfudh Salam Kajen dan KH Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang. 

Bagaimana kesaksian para kiai atas keistimewaan dan keulamaan KH Muhammadun Abdul Hadi Kajen Pati ini? Simak penjelasan Dr KH Jamal Ma'mur Asmani berikut ini.

KH Muhammadun Abdul Hadi lahir di Kajen dan wafat di Madinah. Beliau dimakamkan di Baqi', samping makam Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wa Salam. Makam beliau dekat makam Imam Malik bin Anas, guru Imam Syafii.

Selasa, 26 Dzulhijjah 1440 / 27 Agustus 2019, pagi hari, saya diberi anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala bisa ziarah di pemakaman Baqi' dengan tujuan ke makam KH Muhammadun Abdul Hadi dan Imam Malik.

Beliau adalah guru kiai saya. KH Ahmad Fayumi Munji adalah kiai saya sejak belajar di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kajen.

KH Muhammadun Abdul Hadi adalah guru spesial KH Ahmad Fayumi. Bahkan menurut KH Ismail Fayumi, KH Muhammadun Abdul Hadi adalah guru ilman wa ma'isyatan (dalam konteks karir ilmu dan ekonomi).

Baca Juga: KH Aniq Muhammadun Pakis, Ulama Ahli Ilmu Nahwu dan Ilmu Fiqih yang Jadi Menantu Kiai Zubair Sarang

KH Ahmad Fayumi ngangsu kaweruh (thalabul Ilmi) kepada para kiai Kajen, khususnya kepada KH Muhammadun Abdul Hadi yang dikenal dengan ulama ahli fiqih yang zuhud dan wirai.

Beliau adalah putra Mbah Abdul Hadi. Beliau pernah mondok di Kulon Banon sehingga dijodohkan dengan anak kiainya, yaitu Hj. Hamnah binti KH Nawawi.

Hj. Hamnah Nawawi adalah sosok pemimpin perempuan dari rahim pesantren. Beliau muballighah (juru dakwah) dan aktivis fatayat NU yang aktif memberikan pelatihan kepada ibu-ibu fatayat pada jaman itu. Sebuah lompatan cara berpikir dan bertindak di era itu yang masih tradisional.

Beliau pernah mengenyam pendidikan di Tebuireng di bawah asuhan Hadlratussyaikh KH Hasyim Asy'ari. Beliau juga ngaji kepada KH Mahfudh Salam, ayahanda KH MA Sahal Mahfudh.

KH Mahfudh Salam ini merupakan kiai spesial KH Muhammadun Abdul Hadi. Banyak kitab yang dikaji Kiai Muhammadun bersama KH Mahfudh Salam. Salah satunya adalah kitab Jam'ul Jawami'.

Saat itu, Kiai Muhammadun diajak berdebat dengan Kiai Mahfudh tentang kandungan kitab dua jilid ini sehingga Kiai Muhammadun membaca (muthalaah) kitab ini sampai tuntas dalam satu majlis dan satu waktu. Subhanallah.

Baca Juga: Curi Ikan KH Chudlori Tegalrejo, Gus Dur Pesta Makan Bersama Para Santri

Cinta Muthalaah Kitab

Cinta ilmu, cinta muthalaah inilah sifat utama KH Muhammadun Abdul Hadi. Muthalaah bukan karena bisa. Muthalaah karena thalabul Ilmi karena dalam setiap muthalaah selalu ada ilmu baru yang didapat. Demikian kesan KH Ahmad Nafi' Abdillah terhadap sosok KH Muhammadun Abdul Hadi.

KH Muhammadun Abdul Hadi selama mengasuh PP APIK Kajen, kitab yang dibaca tergolong kitab yang besar-besar, seperti Syarah Ibnu Aqil, Kifayatul Akhyar, Ihya' Ulumiddin, Jam'ul Jawami', dan lain-lain.

Beliau meskipun sudah tabahhur ilmunya, tapi jadual ngaji dan muthalaahnya sampai larut malam karena aktivitas ini sudah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Beliau mencintai muthalaah dan mengaji dengan santri.

Sosok Ulama yang Tawadlu' 

KH Muhammadun Abdul Hadi adalah sosok yang rendah hati. Beliau sebenarnya yang mendapat wasiat KH Mahfudh Salam untuk melanjutkan estafet kepemimpinan Perguruan Islam Mathali'ul Falah (PIM) pasca KH Mahfudh Salam.

Namun, KH Muhammadun Abdul Hadi tidak berkenan dan menyerahkan estafet kepemimpinan kepada KH Abdullah Zain Salam. KH Muhammadun siap membantu lahir batin demi suksesnya PIM dengan segenap jiwa dan raga.

Hal ini beliau buktikan sebagai pendamping KH Abdullah Salam dalam mengelola PIM. Bahkan beliau pernah menjadi Mudir (Direktur) PIM.

Setelah beliau pensiun dari Hakim, beliau kembali aktif di PIM dan khususnya mengajar guru-guru PIM di Pondok APIK.

Baca Juga: Gus Dur Ngaji Hikam Kepada Waliyullah Mbah Dalhar Watucongol Gunungpring

Pernah Menjadi Hakim

KH Muhammadun Abdul Hadi pernah menjalani karir sebagai Hakim Pengadilan Agama, sebuah karir yang tidak dicari, tapi diminta karena kedalaman ilmu dan keluhuran budi.

Hakim seperti inilah yang diharapkan bisa memutus perkara dengan adil dan bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

KH Ahmad Fayumi Munji yang diminta KH Muhammadun Abdul Hadi supaya meneruskan karirnya menjadi Hakim agar ada orang ahli agama yang mampu membaca kitab yang menjadi Hakim.

Kredibilitas moral KH Muhammadun Abdul Hadi tidak diragukan dalam konteks profesinya sebagai Hakim. Hal inilah yang diteladani KH Ahmad Fayumi Munji sehingga dalam memutus sesuatu benar-benar dari hati nurani, bukan karena korupsi dan sejenisnya.

Kiai Aktivis Bahtsul Masail

Sebagai seorang faqih-ushuli (Pakar fiqh dan Ushul fiqh sekaligus), KH Muhammadun tampil sebagai kiai yang vokal yang mampu menyampaikan argumentasi agama dengan jelas dan kokoh.

Dalam Bahtsul Masail, beliau berposisi sebagai Moderator (pemimpin) yang menampung pendapat anggota, merumuskan, menawarkan kesimpulan, dan menetapkan jawaban sesuai ibarat yang shahih berdasarkan pandangan peserta Bahtsul Masail.

KH Abdul Hadi Kurdi berkisah ketika para ulama sibuk dan belum mendapatkan dalil terhadap suatu masalah di Forum Bahtsul Masail yang diselenggarakan di Kudus, KH Muhammadun akhirnya menyampaikan ; لكل فراش عدة setiap perempuan yang bersuami pasti punya iddah. Akhirnya masalah selesai dengan dawuh KH Muhammadun.

Baca Juga: Pakaian Gus Dur yang Sederhana, Kata Gus Mus: Gus Dur Mengikuti Kanjeng Nabi

Berjuang Menjadi Aktivis NU 

Sebagai santri KH Mahfudh Salam dan Hadlratussyaikh KH M. Hasyim Asy'ari, maka wajar jika KH Muhammadun aktif di NU, khususnya di jajaran Syuriyah bersama santri-santri Hadlratussyaikh KH Hasyim Asy'ari, yaitu KH A Suyuthi Abdul Qadir Guyangan dan KH Abdullah Zain Salam.

KH Muhammadun Abdul Hadi menempati posisi sebagai Wakil Rais Syuriyah bersama KH Abdullah Salam dengan KH Suyuthi Abdul Qadir sebagai Rais Syuriyah.

Selain itu, kepakaran fiqih KH Muhammadun Abdul Hadi menempatkan beliau sebagai A'wan Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Kiai yang Zahid - Wara' 

KH Muhammadun Abdul Hadi karena kedalaman ilmu fiqihnya dikenal sebagai sosok yang zuhud dan wirai.

Beliau pernah mau dibonceng seseorang tapi khawatir jika pemilik sepeda motornya Tidak ridla akhirya beliau tidak berkenan.

Kedalaman ilmu fiqih menjadikan seseorang hati-hati sehingga menghindari hal-hal haram dan syubhat (samar-samar).

Dalam keseharian, waktu beliau habiskan untuk thalabul Ilmi, mengajar, dan beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Waktu seperti tidak ada yang sia-sia. Semua waktu bernilai ilmu, ibadah, dan mengajar. Maka wajar jika KH Muhammadun mendapat anugerah Allah sebagai orang alim yang dicintai santri-santrinya.

Baca Juga: 2 Tahun Belajar di Tegalrejo, Gus Dur Dapat Ilmu Kelas Tinggi dari KH Chudlori

Masyhur Sebagai Waliyullah

Kewalian KH Muhammadun Abdul Hadi diakui KH Abdul Hamid Pasuruan yang dikenal waliyullah. Bersama KH Abdullah Zain Salam, KH Muhammadun Abdul Hadi sering sowan KH Hamid Pasuruan.

Status waliyullah ini tidak lepas dari konsistensi KH Muhammadun Abdul Hadi dalam muthalaah kitab, mengajar, berkhidmah di PIM, menjalankan amanah dengan baik sebagai hakim, dan mendamarbaktikan ilmunya untuk masyarakat melalui organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Istiqamah memang menjadi amaliah waliyullah. Istiqamah dalam iman dan takwa kepada Allah sampai akhir hayat.

Inspirasi Santri Sepanjang Masa

Cinta Muthalaah, cinta Bahtsul Masail, dan cinta berorganisasi adalah teladan dan inspirasi KH Muhammadun Abdul Hadi kepada para santri milineal sekarang ini.

Jangan sampai para santri bermalas-malasan dalam mengaji, muthalaah, Bahtsul Masail, dan aktif di NU. Meneladani ulama-ulama besar seperti KH Muhammadun Abdul Hadi adalah keharusan bagi santri sebagai jalan meniti keberkahan dan kebahagiaan hidup dunia akhirat, Amiin Yaa Rabbal Alamiin.

Madinah, Selasa, 26 Dzulhijjah 1440 / 27 Agustus 2019.

Baca Juga: Nabi Muhammad Itu Tidak Suka dengan Mukjizat selain Al-Qur’an Kata Gus Baha, Bukti Cinta kepada Umat Manusia

Demikian keterangan yang dikutip dari KH Dr Jamal Ma'mur Asmani di facebook pribadinya yang diunggah pada 27 Agustus 2019.***

 

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler