Biografi Singkat Cak Nun, Sedang Ramai Dibahas Karena Sebut Jokowi Firaun

17 Januari 2023, 17:55 WIB
Biografi Singkat Cak Nun, Sedang Ramai Dibahas Karena Sebut Jokowi Firaun /You Tube

TOKOH - Diberbagai media sosial media nama Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun sedang ramai menjadi perbincangan warganet.

Hal tersebut terjadi karena dalam salah satu potongan video yang menunjukkan Cak Nun sedang menyebut bahwa Indonesia sedang dipimpin Firaun dengan nama Jokowi.

Lantas potongan video tersebut banyak pro kontra terkait ungkapan Cak Nun tersebut, berikut ini biografi singkat Cak Nun.

Baca Juga: Puisi Cak Nun, Ditanyakan Kepadanya, Sebuah Puisi yang Bermakna Sangat Dalam

Emha Ainun Nadjib yang lebih dikenal dengan sebutan Cak Nun atau Mbah Nun lahir di desa Menturo, Sumobito, Jombang, Jawa Timur.

Ia lahir pada hari Rabu Legi, 27 Mei 1953 dan merupakan anak ke-4 dari 15 bersaudara. Ayahnya adalah seorang kyai terpandang di desanya.

Sebahagian masa kecil Emha Ainun Nadjib dihabiskan di desanya. Ia bersekolah disalah satu sekolah dasar di desanya. Setelah lulus sekolah dasar ia melanjutkan pendidikan di Pondok Modern Gontor Ponorogo.

Namun pada pertengahan tahun ketiganya bersekolah di Gontor ia dikeluarkan dari sekolah karena demo melawan dept. keamanan. Kemudian dia pindah ke Yogyakarta dan bersekolah di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.

Setelah lulus SMA, Emha Ainun Nadjib melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas UGM, namun dia tak sampai lulus. Emha merasa tidak betah dan kemudian memilih bergabung dengan kelompok penulis muda, Persada Studi Klub (PSK).

Di (PSK) Emha Muda menemukan bakat kepenyairan dan kepenulisan. Tulisan-tulisan hasil karya Emha banyak dimuat di media massa. Inilah titik penting dari hadirnya pengakuan masyarakat atas eksistensinya.

Baca Juga: Benarkah Rakyat Indonesia Itu Miskin karena Presiden Jokowi? Begini Pendapat yang Disampaikan oleh Gus Baha

Sebagai seorang penyair dan penulis karir Emha terbilang cukup bagus. Ia pernah mengikuti kegiatan kesenian internasional seperti, Lokakarya Teater di Filipina (1980);

International Writing Program di Universitas Lowa, Lowa City, AS (1984); Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984); serta Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman Barat (1985)

Karya-karya bidang kepenulisan Emha cukup banyak diterbitkan, baik berupa sajak maupun esai. Diantara sajaknya yang telah terbit adalah: M. Frustasi, Sajak-Sajak Sepanjang Jalan, Sajak-Sajak Cinta, Nyanyian Gelandangan, 99 Untuk Tuhanku, Suluk Pesisiran, Syair Asmaul, dll.

Sedangkan buku esainya yang telah diterbitkan adalah: Dari Pojok Sejarah, Sastra Yang Membebaskan, Secangkir Kopi Jon Pakir, Markesot Bertutur, Markesot Bertutur Lagi, Slilit Sang Kyai, 2,5 Jam Bersama Soeharto, Jogja Indonesia Pulang Pergi, Gelandangan Di Kampung Sendiri, Sedang Tuhan Pun Cemburu, Indonesia Bagian Dari Desa Saya, Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai, dan masih banyak lagi.

Sebagai seorang pekerja sosial, kehidupan Emha lebih banyak dijadwal oleh masyarakat yang selalu setia disapanya lewat pelbagai acara.dan pertemuan.

Baca Juga: Gus Baha Kisahkan Perbedaan Pendapat antara Sunan Kalijaga dengan Sunan Giri yang Ditengahi Sunan Kudus

Setidaknya ada empat acara rutin yang diasuhnya,diantaranya: Padhang Mbulan (Jombang), Mocopat Syafaat (Yogyakarta), Kenduri Cinta (Jakarta) dan Gambang Syafaat (Semarang), Acara-acara tersebut masih eksis hingga sekarang

Padhang mbulan adalah salah satu acara rutin yang diadakan oleh Emha Ainun Nadjib di desa Menturo, Jombang, Jawa Timur.

Acara tersebut merupakan acara maiyahan yang pertama kali diadakan oleh Emha Ainun Nadjib. Padhang mbulan sudah berlangsung selama 23 tahun dan masih berlangsung hingga saat ini.

Berikut Ini Biografi Luhut Binsar Panjaitan yang disamakan dengan Haman oleh Cak Nun.

Luhut Binsar Pandjaitan dilahirkan di sebuah kampung kecil di Simargala, Toba Samosir, Sumatera Utara, pada 28 September 1947.

Baca Juga: Terungkap Ini Sosok Anthony Salim, Disebut Cak Nun Sebagai Sosok Qarun, Kekayaannya Mencapi 113 Triliun

Luhut menjalani kehidupan bersama orang tua saya dengan penuh perjuangan. Almarhum Ayah memulai karier sebagai sopir bus. Rupiah demi rupiah hasil kerja keras beliau kumpulkan demi menjangkau pendidikan lebih tinggi bagi anak-anaknya.

Atas ketekunan dan kesungguhannya Ayahanda, saya menjadi Putra Indonesia pertama yang berkesempatan dikirim belajar ke Cornell University (Amerika Serikat) atas biaya perusahaan tempat beliau bekerja setelah tidak lagi menjadi sopir bus.

Kejujuran, kerja keras, Ketelatenan dan dedikasi, adalah nilai-nilai yang ditanamkan dalam hidup saya sejak kecil. Saya mengawali karier militer (1970-1999) dengan pangkat terakhir Jenderal Kopassus bintang empat, kemudian melanjutkan karier sipil di pemerintahan, menjadi pekerja sosial dan pengusaha.

Presiden Jokowi melantik saya sebagai Kepala Staf Kepresidenan pada 31 Desember 2014, dan sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) pada 12 Agustus 2015.

Baca Juga: Viral Jokowi Disebut Firaun, Gus Baha Pernah Beri Peringatan Karakter Firaun Bisa Rasuki Siapa Saja

Kemudian di bulan Juli tahun 2016, Presiden Jokowi melantik Luhut Binsar Panjaitan untuk kerja baru, saya diberikan kepercayaan sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman.

Kemudian 3 hari setelah Presiden Jokowi dilantik untuk periode kedua, tepatnya di tanggal 23 Oktober tahun 2019, Luhut masih diberi kepercayaan di Kementerian Koordinator yang sama, hanya saja ada penambahan nomenklatur menjadi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. ***

Editor: Ahmad Lailatus Sibyan

Tags

Terkini

Terpopuler