Hilang Tanpa Jejak, Ayah Habib Umar bin Hafidz Diculik Saat Mau ke Masjid untuk Shalat Jumat

26 Agustus 2023, 17:59 WIB
Hilang Tanpa Jejak, Ayah Habib Umar bin Hafidz Diculik Saat Mau ke Masjid untuk Shalat Jumat /facebook/ismaelkholilie/

TOKOH - Hilang Tanpa Jejak, Ayah Habib Umar bin Hafidz Diculik Saat Mau ke Masjid untuk Shalat Jumat.

Ayahanda Habib Umar bin Hafidz adalah sosok ulama yang dedikasi perjuangannya tak ada yang meragukan. 

Ia adalah Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz (1332 - 1392 H), mufti Tarim pada masanya. 

Baca Juga: Di Balik Cahaya Cinta Habib Umar bin Hafidz, Wajahnya Luluhkan Hati Siapa Saja yang Memandang

Ayah Habib Umar bin Hafidz ini bukan saja dikenal luas keilmuannya, tapi juga pejuang yang gagah berani. 

Tarim menjadi kota yang mendidik jiwa raganya. Berkah para guru dan waliyullah menjadikannya penuh ilmu dan kharisma. 

Menurut Lutfi Abdul Haris dari Universitas al-Ahgaff Tarim Hadhramaut, Kota Tarim adalah salah satu kota yang memberikan kontribusi banyak dalam mengembangkan kitab kitab klasik, khususnya dalam bidang fikih.

Banyak dari ulama yang terlahir dari Kota Tarim ini, memberikan andil untuk mensyarah atau hanya sekedar memberikan footnote pada salah satu kitab karangan para ulama terdahulu.

Tidak dielakkan lagi, itu adalah buah dari perhatian mereka terhadap karangan para ulama terdahulu atau hanya karena permintaan para pelajar yang masih dini untuk mempelajari sebuah kitab klasik supaya bisa menjadi pijakan awal untuk memahami kalam para ulama terdahulu.

"Salah satunya adalah beliau mufti Tarim tempo dulu, Sayyid Muhammad bin Salim bin Hafidz," tegas Lutfi.

Baca Juga: Baca Kitab di Hadapan Habib Umar bin Hafidz, Ini yang Dirasakan KH Ma'ruf Khozin Surabaya

Nama Habib Muhammad bin Salim sudah tidak asing lagi di telinga para mahasiswa Al Ahgaff, karena terlihat jelas di salah satu lembar cover kitab muqorror (kitab acuan) mereka tertera nama beliau, yaitu kitab faroid yang mereka pelajari di semester 2 (takmilah zubdatul hadith).

"Kitab takmilah zubdatul hadith itu adalah karangan fenomenal beliau yang banyak digandrungi oleh banyak lembaga pendidikan, khususnya universitas kita tercinta dan merupakan kitab yang menyadur dari berbagai rujukan kitab faroid," tegasnya.

Maka dari itu, katanya, kitab ini dinamakan takmilah.

Selain itu, yang menjadikan beliau lebih pepuler dikalangan kita juga, beliau adalah ayahanda dari habib yang mempunyai julukan "Singa Podium", yaitu Habib Umar bin Hafidz.

"Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz adalah seorang mufti, penyebar Islam sejati dan juga dijuluki seorang sejarawan dan pujangga," katanya.

Habib Muhammadin bin Salim, ayah Habib Umar bin Hafidz Yaman

SEKILAS PROFIL HABIB MUHAMMAD BIN SALIM, AYAH HABIB UMAR BIN HAFIDZ

Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz dilahirkan di kota yang berjulukan al Ghonna' yaitu Tarim pada tahun 1332 Hijriah kurang lebih.

Beliau berguru ke beberapa sesepuh Tarim atau para pemuka ulama Tarim, diantaranya; Al habib Salim (wafat: 1378 H) ayah kandung beliau sendiri.

Baca Juga: Di Balik Cahaya Cinta Habib Umar bin Hafidz, Wajahnya Luluhkan Hati Siapa Saja yang Memandang

Lalu beliau menimba ilmu kepada kakek dari ibu beliau, yaitu Al Habib Ali bin Abdirrohman al Masyhur (wafat: 1344 H).

Beliau juga salah satu alumni dari Ribath Tarim yang pada waktu itu, beliau di bawah bimbingan Maha Guru al Mufti Abdulloh bin Umar As-Syathiri, pemuka dari para ulama Tarim tempo dulu (wafat: 1361 H).

Selain mereka, beliau juga berguru kepada ulama yang lain.

Para pelajar yang menimba ilmu kepada beliau juga banyak, dan yang kita tau dari mereka diantaranya; Syaikh Fadhol bin Abdirrohman ba Fadhol (wafat: 1421 H), Syaikhuna Muhammad bin Ali Ba'udhon, dan juga Syaikhuna Muhammad bin Ali Al-Khotib.

Mereka semua adalah dosen di Universitas Al-Ahgoff, tetapi kita tidak sampai merasakan masanya Syaikh Fadhol dan hanya bisa merasakan atsar yang beliau tanamkan kepada senior-senior kita.

Aktifitas semasa hidup beliau dahulu, selain menjadi orang yang dipatuhi keputusannya dalam sebuah perkara, beliau juga menjadi tenaga pengajar di Ribath Tarim, tempat beliau menimba ilmu dahulu.

Beliau juga mempunyai serentetan jadwal mengajar di majlis yang diadakan di rumah beliau dan di beberapa masjid sekitar Tarim. Beliau mengajar juga disekolahan milik lembaga ukhuwwah wal muawanah.

Baca Juga: Cinta Habib Umar bin Hafidz untuk NU, 7 Ribu KM Antara Yaman dan Indonesia Terasa Sangat Dekat

Kepribadian beliau sangat luwes dan objektif, beliau bukan tipe figur yang ingin dicontoh.

Sekalipun beliau orang yang tekun dalam menelaah sebuah permasalahan, beliau jarang sekali terlihat seperti seorang aktifis yang giat memanfaatkan waktunya untuk mengkaji sebuah ilmu.

Beliau adalah pecinta makalah dan tahqiq, yang seharusnya tertanam di dalam diri kita juga sebagai mahasiswa.

Sesuai dengan cerita yang kita baca disebagian kitab tarjamah, beliau diceritakan mempunyai perangai yang sangat bijaksana.

Tidak memandang seseorang dari bangsa mana atau kelompok mana berasal, beliau mempunyai sifat keterbukaan yang sangat lebar, sehingga pada suatu ketika, beliau disakiti oleh seseorang karena dianggap terlalu terbuka.

Tetapi, beliau tidak peduli dengan cacian atau makian orang-orang tersebut dan tetap pada pendirian beliau, selalu melangkah untuk kebenaran walaupun dengan seribu cercaan dan makian.

Diceritakan beliau wafat secara syahid dan tidak bisa dipastikan kapannya.

Baca Juga: Mimpi Bertemu Habib Umar bin Hafidz, Seminggu Kemudian Meninggal Dunia, Ternyata Ini yang Terjadi

Karena kabar yang orang dengar, bahwa pada masa maraknya pemahaman marxisme di Yaman, beliau diculik oleh sekelompok golongan komunis saat berjalan menuju masjid untuk menunaikan shalat Jum'at pada tanggal 29 Dzulhijjah 1392 H. Setelah itu beliau tidak pernah terlihat lagi.

Berikut ini beberapa karya Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz, ayah Habib Umar bin Hafidz.

1. zubdatul hadith fi fiqhilmawarith. 

2. Takmilat zubdatul hadith fi fiqh al mawarith (tercetak).

3. Al miftah libabinnkikah (tercetak). 

4. Al nuqul as sihah 'ala misykati al misbah (tercetak). 

5. Al fawaid at thaminah liqori'i al muktashor wassafinah (tercetak).

Demikian dijelaskan Lutfi Abdul Haris dari Universitas al-Ahgaff, Tarim, Hadhramaut, yang dikutip dari catatan pribadinya yang diunggah Faiz Irfan di grup facebook Sejarah Para Ulama dan Karamahnya, 31 Maret 2020.***

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler