Gus Dur dan Sastra yang Tak Terwujud; Ide untuk Novel yang Belum Sempat Ditulis

- 15 November 2022, 14:45 WIB
Gus Dur belum sempat menuliskan novelnya
Gus Dur belum sempat menuliskan novelnya /Tangkapan layar Facebook/Santri Gus Dur

BERITA BANTUL – Gus Dur dan sastra yang tak terwujud; ide untuk novel yang belum sempat ditulis.

Salah satu hal yang ingin Gus Dur wujudkan dalam hidupnya adalah menulis novel yang kemudian diterbitkan sehingga bisa dibaca oleh orang banyak.

Akan tetapi, keinginan Gus Dur tersebut sama sekali tidak terwujud bahkan hingga Tuhan memanggilnya.

Nama Gus Dur atau Abdurrahman Wahid tak sekalipun muncul dalam deretan sastrawan Indonesia, sebagaimana karibnya; Gus Mus (Ahmad Musthafa Bisri) atau Ahmad Tohari.

Baca Juga: Puisi Gus Dur, Aku Rindu Padamu Karya KH Dr Jamal Makmur Asmani

Hal ini mungkin hanya soal waktu belaka atau pilihan apa yang paling mendesak bagi Gus Dur untuk segera diselesaikan. Hasratnya untuk menulis novel terus terpendam dalam palung hatinya.

Gus Mus mengatakan bahwa Allahu yarham Gus Dur punya novel bagus sekali tentang kehidupan kiai dan dunia pesantren. Sudah pernah diceritakan secara lisan ketika di Mesir.

Dari waktu ke waktu, Gus Mus berusaha mendorong Gus Dur untuk mewujudkannya dalam tulisan. Namun demikian, ternyata usaha Gus Mus kalah dengan kesibukan-kesibukan keumatannya yang berdesak-desak berlomba minta perhatian Gus Dur.

Greg Barton, penulis Biografi Gus Dur, menginformasikan kepada kita pikiran Gus Dur yang memukau dan dekonstruktif. Dia tak hendak terbelenggu dalam terma baku sastra formalistik yang acap kali kering kerontang dari roh transenden.

Baca Juga: Gus Dur Menaklukkan Rumah Angker, Ternyata Ini yang Dilakukannya

Gus Dur mengatakan bahwa kehidupan kita juga tidak hanya diarahkan oleh kepastian-kepastian kebenaran ideologis, kebenaran yang formal. Kita juga ternyata memerlukan ketidakpastian, kegalauan, dan kesenduan.

Dalam sebuah novel berbahasa Prancis – dalam bahasa Indonesia berjudul “Gerbang yang Tertutup”, dikisahkan seorang gadis bernama Alissa.

Dia mencintai sepupunya. Kegalauan gadis Alissa terombang-ambing oleh rasa cinta, rasa takut, dan rasa bimbang yang akhirnya justru menghaluskan perasaannya.

Hal itu membawa diri kepada kesadaran bahwa di balik semua itu, yang mengacaukan, membingungkan, dan menggalaukan, tampak yang abadi, yaitu Tuhan.

Baca Juga: Kelebihan Orang yang Biasa-Biasa Saja Menurut Gus Baha, Unik dan Justru Enak

Karena itulah hanya orang-orang yang mendapati kebesaran Tuhan dalam konteks ini, maka bagi merekalah jalan untuk membuka gerbang yang tertutup ini menjadi sangat luas.

Sedemikian besar pengaruh ketokohan dan sosok Alissa dalam diri Gus Dur, sehingga nama itu diberikan untuk putri pertamanya.

Dari sini dapat dipahami bahwa seni dan budaya berfungsi agar hidup tidak terlalu serbapasti dan tidak serbabenar.  

Tulisan ini diolah dan dilansir dari status Facebook Husein Muhammad yang dibagikan pada 30 Desember 2019.***

Editor: Joko W

Sumber: Facebook


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah