Sejarah NU dari Kiai As'ad: Tahun 1921-1922, 46 Ulama Rapat di Rumah Kyai Mas Alwi Surabaya

16 Februari 2022, 16:15 WIB
Rapat 46 Ulama di Rumah Kyai Mas Alwi Surabaya /facebook/udin/

BERITA BANTUL - Setelah bertemu Syaikhona Kholil Bangkalan pada tahun 1920, para ulama terus mengupayakan ikhtiar agar pergerakan tidak putus. 

Gerakan propaganda yang menyudutkan ulama pesantren bisa membahayakan, karena berbau fitnah dan perpecahan. 

Untuk itu, restu Syaikhona Kholil menjadi pegangan para ulama untuk melangkah lebih serius.

Sebagaimana dikutip BeritaBantul.com, dari kanal Youtube Abajadun Kreatif, Kyai As'ad Syamsul Arifin yang menjadi saksi hidup berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) mengisahkan jejak pergerakan ulama jelang NU lahir. 

as'adBaca Juga: Sejarah NU dari Kisah Kiai As'ad: 66 Ulama Rapat di Bangkalan Tahun 1920, Mengadu Kepada Syaikhona Kholil

Sebagaimana diketahui, tahun 1920 sudah bertemu Syaikhona Kholil, maka kemudian dilanjutkan dengan pertemuan di Surabaya. 

"Tahun 1921-1922, ada musyawarah di Kawatan (Surabaya) di rumah Kyai Mas Alwi. Ulama-ulama berkumpul sebanyak 46, bukan 66. Tapi hanya seluruh Jawa, bermusyawarah, " kisah Kyai As'ad.

Dalam pertemuan itu, ada ayahanda Kyai As'ad sendiri, yakni KH Syamsul Arifin, ada Kyai Sidogiri, termasuk Kyai Hasan almarhum, Genggong.

"Membahas masalah ini, seperti apa, seperti apa. Dari Barat Kyai Asnawi Kudus, ulama-ulama Jombang semua, Kyai Thohir, para kyai berkata. Tidak ada jadinya, tidak ada kesimpulan," terang Kyai As'ad.

Sampai tahun 1923, lanjut Kyai As'ad, ada kyai satu berkata,

“Mendirikan jamiyyah (organisasi).”

Kata yang lain: “Syarikat Islam ini saja diperkuat”.

Kata yang lain: “Organisasi yang sudah ada saja”.

Baca Juga: Penghargaan British Council untuk 2 Kader NU Inggris, PCI UK: Prestasi Santri Diakui Dunia

"Belum ada NU. (Sementara) yang lain sudah merajalela. Tabarruk-tabarruk sudah tidak boleh. Orang minta berkah ke Ampel sudah tidak boleh. Minta syafaat ke nenek moyang sudah tidak boleh. Ini sudah tidak dikehendaki. Sudah ditolak semua oleh kelompok-kelompok tadi," kisah Kyai As'ad.

Kemudian, kata Kyai As'ad, ada satu kyai berkata yang menghentak semua.

“Kyai saya menemukan satu sejarah tulisan Sunan Ampel."

Terkait tulisan Sunan Ampel ini, Kyai As’ad berkata: "Kalau tidak salah ini kertas tebal. Saya masih kanak-kanak. Belum dewasa hanya mendengarkan saja… :

Bagaimana sejarah tulisan Sunan Ampel itu? Begini dikisahkan kyai tadi.

Baca Juga: NU Makin Besar Jumlah Warganya, Tembus 120 Juta, Ini Rahasianya Menurut Gus Yahya

“Waktu saya (Sunan Ampel Raden Rahmatullah) mengaji ke paman saya di Madinah, saya pernah pernah bermimpi bertemu Rasulullah, seraya berkata kepada saya:

'Islam Ahlisunnah wal Jamaah ini bawa hijrah ke Indonesia. Karena di tempat kelahirannya ini sudah tidak mampu melaksanakan Syariat Islam Ahlisunnah wal Jamaah. Bawa ke Indonesia'."

Sejarah tulisan Sunan Ampel ini, menurut Kyai As'ad, jadi tanda bahwa di Arab sudah tidak mampu melaksanakan syariat Islam Ahlisunnah wal Jamaah.

"Pada zaman Maulana Ahmad (Sunan Ampel), belum ada istilah Wahabi, belum ada istilah apa-apa. Ulama-ulama Indonesia ditugaskan melakukan wasiat ini," tegas Kyai As'ad.

Kesimpulannya dari pertemuan, para ulama kemudian Istikharah. Hasilnya begini.

"Jadi ada empat yang melakukannya (dari hasil istikharah). Ada yang ke Sunan Ampel. Ada yang ke Sunan Giri. Dan ke sunan-sunan yang lain. Paling tidak 40 hari. Ada 4 orang yang ditugas ke Madinah," kisahnya.

Baca Juga: Maksa Mau Mengislamkan Orang Lain? Gus Mus: Sombong Banget, Nabi Muhammad Saja Gak Bisa

Akhirnya, tahun 1923 semua berkumpul, sama-sama melaporkan.

"Hasil laporan ini tidak tahu siapa yang megang. Apa Kyai Wahab, apa Kyai Bisri. Insyaallah ada laporan lengkapnya. Dulu saya pernah minta sama Gus Abdurrahman dan Gus Yusuf supaya dicari," kenang Kyai As'ad.***

Editor: Muhammadun

Sumber: Abajadun Kreatif

Tags

Terkini

Terpopuler