SEJARAH Malam 1 Suro dan Acara di Parangtritis Yogyakarta, yang Sangat Disakralkan oleh Warga Jogja

23 Juli 2022, 05:00 WIB
SEJARAH Malam 1 Suro dan Acara di Parangtritis Yogyakarta, yang Sangat Disakralkan oleh Warga Jogja /Kemdikbud.go.id

BERITA BANTUL – Sejarah malam 1 suro dan acara di Parangtritis Yogyakarta, yang sangat disakralkan oleh warga Jogja.

Warga Jogja atau Yogyakarta dalam memperingati malam 1 suro memang sangat disakralkan, terkhusus acara di Parangtritis.

Parangtritis merupakan sebuah nama pantai laut kidul yang disakralkan oleh warga Jogja atau Yogyakarta pada malam 1 suro.

Baca Juga: Ini Alasan Keraton Yogyakarta Pada Malam 1 Suro Mengadakan Topo Bisu Dengan Keliling Benteng Kata Gus Muwaffiq

Bulan Suro atau Sasi Sura merupakan bulan pertama dari 12 bulan dalam almanak kalender Jawa.

Kalender Jawa merupakan sistem penanggalan yang dipakai oleh Kesultanan Mataram dibawah pimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma sekitar 1613-1645.

Tanggal 1 Bulan Sura atau Sasi Suro (bertepatan dengan tanggal 1 bulan Muharram) merupakan hari pertama dalam kalender Jawa, sehingga 1 Suro atau 1 Sura, dan bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriyah.

Bulan pertama pada kalender Jawa adalah Sura. Kemudian Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadilawal, Jumadilakir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Syawal, Sela, dan Besar.

Baca Juga: Sayyidina Husein di Tanah Karbala 10 Suro, Terjadi Hujan Air Mata di Langit Dunia

Seperti diketahui, penyebutannya hampir identik dengan nama-nama bulan dalam Kalender Hijriyah.

Peringatan 1 Suro 2022 yang dikenal dalam masyarakat Jawa sebagai sesuatu yang sakral jatuh. Lantas kapan, hari apa, dan tanggal berapa malam satu Suro 2022?

Berdasarkan kalender Jawa 1 Suro 2022 jatuh pada tanggal 30 Juli 2022 yang merupakan akhir bulan Juli dan bertepatan hari Sabtu, artinya malam satu suro jatuh pada malam Sabtu.

Jika menilik dari kalender Islam, 1 Suro 2022 yakni tanggal 30 Juli 2022 juga bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1444 H dan pada 1 Muharram adalah diperingati sebagai tahun baru bagi umat Islam.

Baca Juga: Fakta Malam Satu Suro, Lebih Keramat Saat Terjadi Pada Jumat Legi, Ini yang Dilakukan Kraton Yogya dan Solo

Penanggalan Jawa memiliki dua sistem perhitungan yaitu mingguan (7 harian) dan pasaran (5 harian).

Penanggalan Jawa memiliki siklus windu (sewindu, 8 tahun), dimana konsekuensi dari siklus ini adalah pada urutan tahun jawa ke 8 (jimawal) jatuhnya tanggal 1 Suro berselisih satu hari lebih lambat dengan 1 Muharram dalam kalender Islam.

Lalu bagi masyarakat Jawa ini adalah malam dimana saat itu adalah malam kedatangan Aji Saka.

Kedatangan Aji Saka ini membawa misi membebaskan masyarakat Tanah Jawa dari marabahaya. Kemudian pemahaman tersebut dipercaya secara turun temurun oleh masyarakat Jawa.

Baca Juga: MENCENGANGKAN Ini Beberapa Mitos Pada Malam Satu Suro Menurut Orang Jawa, Nomor 6 Sering Terjadi

Malam satu Suro yang sangat lekat dengan budaya Jawa, biasanya terdapat ritual tradisi iring-iringan rombongan masyarakat atau kirab.

Beberapa daerah di Jawa merupakan tempat berlangsungnya perayaan malam satu Suro.

Di Solo, misalnya perayaan malam satu Suro terdapat hewan khas yang disebut kebo (kerbau) bule.

Kebo bule menjadi salah satu daya tarik bagi warga yang menyaksikan perayaan malam satu Suro dan konon dianggap keramat oleh masyarakat setempat.

Baca Juga: Alasan Mengapa Orang Jawa Mengaggap Malam Satu Suro Itu Angker dan Mistis, Ini Jawabannya

Berbeda dengan perayaan di Solo, di Yogyakarta perayaan malam satu Suro biasanya selalu identik dengan membawa keris dan benda pusaka sebagai bagian dari iring-iringan kirab.

Para abdi dalem keraton, beberapa hasil kekayaan alam berupa gunungan tumpeng serta benda pusaka menjadi sajian khas dalam iring-iringan kirab yang biasa dilakukan dalam tradisi Malam Satu Suro.

Perayaan tradisi peringatan malam satu Suro menitikberatkan pada ketentraman batin dan keselamatan.

Karenanya, pada malam satu Suro biasanya selalu diselingi dengan ritual pembacaan doa dari semua umat yang hadir merayakannya.

Baca Juga: Inilah 2 Weton yang Akan Mendapatkan Kemuliaan Hidup Setelah Malam 1 Suro, Apakah Kamu Termasuk?

Hal ini bertujuan untuk mendapatkan berkah dan menangkal datangnya marabahaya.

Selain itu, masyarakat Jawa pada umumnya selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan melakukan hal kebaikan sepanjang bulan satu Suro.

Tradisi saat malam satu suro bermacam-macam tergantung dari daerah mana memandang hal ini, sebagai contoh Tapa Bisu, atau mengunci mulut yaitu tidak mengeluarkan kata-kata selama ritual ini.

Kegiatan tersebut dimaknai sebagai upacara untuk mawas diri, berkaca pada diri atas apa yang dilakoninya selama setahun penuh, menghadapi tahun baru di besok paginya.

Baca Juga: Hubungan Intim atau Jimak di Malam 1 Suro, Dianjurkan atau Dilarang?

Itulah ulasan dari sejarah malam 1 suro yang disakralkan oleh warga Jogja atau Yogyakarta.***

Editor: Ahmad Syaefudin

Sumber: PRMN

Tags

Terkini

Terpopuler