Mengenal Masjid Pathok Negoro Kasultanan Yogyakarta, Sejarah, Pendiri dan Lokasinya

- 27 Februari 2022, 12:56 WIB
Masjid Pathok Negoro Kasultanan Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro Kasultanan Yogyakarta /Kebudayaan Kemdikbud/

Pengadilan ini memutus hukum perkara pernikahan, perceraian atau pembagian waris. Sementara untuk hukum yang lebih besar (perdata atau pidana) diputus di pengadilan keraton.

Baca Juga: KH Adlan Aly Baca Kitab di Masjid Tebuireng, Langit Tiba-tiba Gelap Turun Hujan, Ternyata Ini yang Dibaca

Keempat Masjid Pathok Negara dibangun di masa Sri Sultan Hamengku Buwono I. Berikut ini Masjid Pathok Negoro Yogyakarta, sejarah, pendiri dan lokasinya.

  1. Masjid An-Nur Mlangi

Masjid ini didirikan seiring dengan berdirinya daerah atau dusun Mlangi yang sekarang berada di wilayah Nogotirto, Gamping, Sleman sekira tahun 1758 oleh Kyai Nur Iman setelah mendapat tanah perdikan dari Sultan Hamengkubuwana I.

Saat ini pengelolaan masjid An-Nur dilakukan oleh masyarakat sekitar tetapi pihak keraton Yogyakarta tetap menempatkan abdi dalem pathok negara di masjid ini sebagai salah satu penanda bahwa masjid tersebut adalah Kagungan Dalem.

  1. Masjid Sulthoni Plosokuning

Masjid Plasakuning atau Plosokuning yang berada di wilayah Desa Minomartani, Ngaglik, Sleman, ini dibangun sebelum keraton Yogyakarta berdiri. Masjid ini didirikan oleh Kyai Mursodo, yang merupakan anak dari Kyai Nur Iman Mlangi.

Kyai Nuriman merupakan saudara dari Sri Sultan Hamengkubuwono I.

Sesaat setelah membangun Keraton serta Masjid Gede Kauman, Sri Sultan Hamengkubuwono I memindahkan Masjid Ploso Kuning ke tempat yang saat ini menjadi lokasi Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning.

Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning dipindah dan dibangun ulang setelah pembangunan Masjid Gede Kauman. Sehingga bentuk masjid tersebut meniru Masjid Gede Kauman.

Terlihat dari model tumpang dan mahkota di atasnya. Ciri khas masjid plosokuning ini adalah adanya kolam yang mengelilingi masjid untuk membasuh kaki karena untuk menyesuaikan kebiasaan masyarakat waktu dahulu yang beraktivitas sehari-hari tanpa alas kaki.

Halaman:

Editor: Muhammadun

Sumber: Jogja Belajar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah