Puisi 'Dzikir' Karya D Zawawi Imron, Apakah Makna Sebenarnya Dari Puisi Ini? Makna Lengkap Klik Disini

- 2 Maret 2022, 12:29 WIB
puisi Dzikir karya Zawawi Imron
puisi Dzikir karya Zawawi Imron /tangkapan layar/Rudi Rustiadi/

Kata alif di sini bisa diartikan sebagai perwujudan garis lurus antar seorang hamba dengan Khaliqnya, artinya dalam beribadah itu harus tetap pada yang satu yaitu Allah Swt, tidak boleh bercabang-cabang.

makna larik ini /alifmu pedang di tanganku, susuk di dagingku, kompas di hatiku/ adalah mengingat atau berzikir kepada Allah umpamanya sebuah pedang di tangan.

 di mana pedang bisa melindungi diri dari bahaya, kemudian dengan zikir bisa menjadi “susuk”, mungkin susuk di sini bisa diartikan sebagai “pasak” untuk raga, dan zikir bisa menjadi “kompas” yang di sini bisa diartikan sebagai “petunjuk arah”.

Baca Juga: Berhenti Menduga-duga Maulana Jalaludin Rumi

Kemudian beralih ke larik selanjutnya, yaitu /alifmu tegak jadi cagak, meliut jadi belut, hilang jadi angan, tinggal bekas menetaskan terang, hingga aku berkesiur pada angin kecil takdir-mu/.

Kata /hompimpah/ di sini diilustrasikan sebagai sebuah ritual pengundian, tebak-tebakan atau di sini mungkin bisa diartikan sebagai pemasrahan diri.

Terhadap takdir yang akan dilalui karena konon disebutkan bahwa “Hompimpa” itu berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya, “Dari Tuhan kami ke Tuhan”.

/hompimpah hidupku, hompimpah matiku, hompimpah nasibku, hompimpah, hompimpah, hompimpah!/. Baik kehidupan, kematian, nasib, dan segalanya itu dipasrahkan semuanya kepada Sang Pencipta.

/kugali hatiku dengan linggis alifmu, hingga lahir mata air, jadi sumur, jadi sungai, jadi laut, jadi samudra dengan sejuta gelombang, mengerang menyebut alifmu/.

Baca Juga: Saya Hampir Menyerah Kata Bijak Buya Hamka

Halaman:

Editor: Ahmad Amnan

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah